Minggu, 13 September 2015

Sebelas Anakan Bakau Kami Tanam

Batam 13 September 2015, Melatih para aktifis menggunakan speed boat dilanjutkan dengan perjalanan sekauh 5 mil dari home base RBI ke pulau tidak berpenghuni dikawasan Barelang Pulau Batam merupakan sebuah pengalaman yang sulit dilukiskan. melihat teman aktifis mengoperasikan boat, mengamati bahwa mereka sudah mulai paham akan alur-alur laut yang dilewati, ada cemas, ada bangga saat mereka melewati perairan dangkal. 

Cemas saat kipas mesin boat tersangkut rumput Rekam, sejenis rumput laut yang mulai banyak
berserakan. Namun mereka  melakukan tindakan seperti yang telah diajarkan sebelumnya, mengangkat kaki mesin dan mematikan lalu membuang rumput yang membelit kipas, kemudian menurunkannya kembali. Bangga saat mereka melakukan itu dengan cepat sesuai dengan yang diajarkan.

Tiga tujuan utama hari ini adalah melatih mereka memahami alur-alur laut, simulasi keadaan terburuk saat surut air lau atau sebaliknya menghadapi gelombang pasang. Rute yang dipilih adalah Tg Piayu (RBI) pulau Asa Kecil-Jembatan II- Pulau Nipah-Pulau Akar- Pulau
Pento PP

Selanjutnya adalah menanam 11 anakan Bakau di pulau Pento dengan luas seukuran lapangan badminton saat pasang, pulau ini hanya tersisa empat batang mangrove. sehingga kami perlu menanam kembali agar pulau ini tidak tenggelam nantinya.

Tujuan akhir adalah memancing, banyak para memancing yang tidak ngetahui lokasi Pulau Pento, mereka hanya memancing dari atas boat mereka, di selat-selat pulau, duduk berjam-jam
tanpa mendapatkan hasil, mereka berharap mendapatkan ikan besar, dilokasi selat dalam. Tetapi bagi kami lebih mengedepankan unsur rekreasi. memancing dengan benang kecil timah kecil namun hasilnya adalah puluhan ikan Tokak seukuran tapak tangan orang dewasa.

Selasa, 01 September 2015

Rumah Para Pecinta Lingkungan

Batam, 2 September 2015. Wujud shelter Rumah Bakau Indonesia RBI fase#2 yang berdiri di Tanjung Piayu baru didirikan kurang lebih dua bulan, RBI fase#2 didirikan untuk menterjemahkan sebagian besar rancangan tentang rehabilitasi mangrove yang dilakukan teman-teman aktifis yang ada di Batam.

Di informasikan jauh sebelum RBI fase #2 beroperasi
Pusat kegiatan aktifis lingkungan berada di pulau labu kelurahan batu legong pulau Batam. Untuk mencapai lokasi RBI P Labu diperlukan tidak sedikit upaya, mulai akses darat lalu dilanjutkan dengan menggunakan speed boat berjarak 500 meter dari pelabuhan terdekat yaiuru dapur 12.

Belum lagi keterbatasan infra struktur dan sdm yang harus kita mobilisasi dari Batam, perlu upaya lebih, persiapan yang sempurna dalam merangkai kegiatan yang ada di Pulau Labu.
contohnya bila kita ketinggalan untuk membeli polibeg. perlu waktu 2 sampai dengan 3 jam dalam mengupayakan ketersedian itu.

Faktor air bersih juga menjadi kendala pasca teman-teman melakukan penanaman bakau, sehingga diperlukan pembeliaan di pelabuhan dapur 12, sudah pasti menambah anggaran biaya.


Shelter RBI fase#2 tg Piayu seakan menghapus segala kekurangan serta biaya tinggi di pulau Labu. sehingga rutinitas teman-teman aktifis dapat konstan dilakukan sama persis dengan yang ada di pulau Labu. 
Para tamu yang diundang maupun datang sendiri-sendiri juga cukup banyak, belum lagi event-event yang kami selenggarakan secara berkesinambungan , kami mencatat, ada dua event besar sekala 100 orang yang kami lakukan dalam kurun waktu 2 bulan yaitu Infeneon Wold Environment Day 2015, Edukasi Lingkungan untuk anak-anak SD dibawah yang dimotori GPIB Imanuel Batam, dan belasan event kecil dari sekedar menanam 1 batang pohon bakau, atau sekedar mengajak anak-anak mereka naik speed boat mengikuti liku alur mangrove. dan yang paling sering adalah minum kopi saat sore hari hingga malam di shelter rumah bakau.



Para teman dari teman juga suka membawa tamu berkunjung, ke RBI fase#2, utamanya rekreasi untuk memancing dikawasan laut Barelang, lalu pengemudi boat (Tekong)RBI menyinggahi beberapa pantai terpencil dipulau tak berpenghuni untuk sekedar melepas lelah. 

Risau hati tamu terlihat keluhan mereka bagaiman pohon-pohon yang ada di pulau tersebut hilang ditebangi. Belum lagi para bakau primer musnah.

Mereview hal tersebut pimpinan RBI memerintahkan para tekong membawa minimal 5 buah pohon bakau saat membawa para tamu yang memancing dan mengajak para pemancing untuk melakukan penanaman di pulau yang nantinya mereka singgahi.
Efeknya senyum mereka tergurat jelas betapa mereka juga peduli saat anak bakau " touch down "di pantai.