Minggu, 28 Februari 2016

Menyulam Bakau Terkoyak

Tg Piayu-Batam 29 Feb 2016- Beraktifitas di Rumah Bakau Indonesia (RBI) merupakan sebuah keharusan dan keseharian beberapa aktivist lingkungan dari selat Bulang Monitoring, Baik hanya sekedar memancing, sampai membuat keramba indukan kepiting bakau.
Kehidupan di Rumah Bakau Indonesia (RBI) seakan tidak pernah terhenti, apalagi membahas tentang Bakau, Sebagai aktivist kami harus aktif dalam berkarya, minimal melakukan rencana yang tertuang dalam bentuk digital, dengan catatan,  rencana tersebut dapat kami wujudkan nantinya.
Aktivsit menyulam ulang bakau

Seiring waktu berjalan wilayah hutan bakau seluas  + 250 ha tempat shelter Rumah Bakau Indonesia (RBI) berdiri  semangkin hari semangkin menyusut, secara fisik tidak terlalu nampak seperti perubahan lahan bakau menjadi perumahan, atau indusrtri, tetapi cenderung terkoyak-koyak dibanyak tempat.

Kami menilai ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan Bakau di wilayah Tg Piayu Batam. Faktor dapur arang yang masih bayak beroperasi, disekitaran Pulau Batam,  faktor penggunaan kayu bakau sebagai alat tangkap ikan, dan faktor pembangunan ruko-ruko yang masih menggunakan batang pohon Bakau sebagai penyangga pengecoran lantai.

Faktor Perusak Bakau
Para pengumpul arang kayu menggunakan masyarakat kecil sebagai pabrik-  pabrik arang mereka, mengguinakan masyarakat lokal dengan dalil mencari makan membuat para pengumpul yang dulu mempunyai dapur arang kapasitas besar, terbebas dari praktik pembakaran kayu bakau. terbebas dari perasan oknum-oknum mengatas namakan tokoh masyarakat, Aparat pemerintah, LSM, Wartawan dll.
Kapasitas dapur yang hanya 300 kg dalam waktu dua minggu seakan menutupi bahwa mereka hanya sekedar mengganjal perut tetapi dapur arang seperti ini puluhan banyaknya. 
Satu dapur kecil dengan kapasitas 300 Kg arang jadi, dibutuhkan  sekitar 1 ton kayu bakau. per dua minggu, atau dibutuhkan 170 s/d 200 batang kayu bakau dengan ukuran diameter 3-4 inci atau yang berumur 4-5 tahun.bisa dikatakan mereka menebangi kayu bakau secara tebang pilih sebanyak 200 X 24 Minggu = 4,800 pohon bakau dalam setahun, bila dikonversikan dengan luas maka mereka merambah hutan bakau seluas 1 ha pertahun.

Kelong selayaknya berizin

Dipulau Batam ada jenis alat tangkap tangkap tradisinal  yang bernama Kelong, dimana kelong terdiri dari susunan kayu-kayu bakau yang dipasangi jaring sehingga ikan yang memasuki kelong tersebut akan terperangkap oleh bubu yang terletak di kepala kelong.
Terdapat ribuan kelong yang ada di pulau Batam dan sekitarnya. ini juga menjadi salah satu faktor kerusakan Bakau.

Dibutuhkan kurang lebih 300 batang bakau ukuran diameter 2-3 inci untuk membangun sebuah kelong, dan ini akan hancur dengan sendirinya dimakan usia dalam satu tahun.
Kelong ini selalu diperbaiki setiap tahunnya  saat memasuki musim Ikan Dingkis pada awal February, dimana ikan ini berdaya jual yang tinggi di Singapura dan Batam.

Yang tidak kalah pentingnya dalam menghancurkan Bakau adalah pembangunan, ruko-ruko, karena masih banyak terjadi pemakaian Batang Bakau ukuran diameter 3-4 inci keatas untuk penyangga satu komplek bangunan dengan pembangunan 20 unit dibutuhkan 400 batang bakau setiap unitnya  atau dengan kata lain mereka memerlukan batang bakau sebayak 8,000 batang bakau per 20 unit.

Bakau yang lurus diambil, Benkok tunggu waktu pembakaran

Terkoyak  tidak terjahit.
Bila kita memahami kondisi yang sedang terjadi terhadap kerusakan ekosiitim hutan Bakau, adalah suatu hal yang mustahil dapat diperbaiki dalam mendapatkan jumlah ideal mangrove primer ukuran 5 inci keatas. bila kita ibaratkan hutan mangrove yang ada seperti bendera raksasa, yang tersayat-sayat dengan ribuan koyak.
Sedangkan kita hanya menggunakan jarum jahit, yang hanya mampu menambal mili-permili koyakan tersebut.
Membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai bakau ukuran dimeter 3 - 4 inci, makanya kita sebut mustahil di perbaiki, bila tidak ada keinginan dari semua pihak, banyak aturan yang melarang penebangan bakau, tetapi sedikit sekali manusia yang bisa menjalankan aturan tersebut.
 
Menurut pandangan kami dalam kurun waktu satu dekade belakangan, saat masih gencar menanam bakau- masayarakat dan pemerintah hanya mampu menanam + 100 ribu pohon bakau, atau 10 ribu bakau dalam satu tahunnya.
Jumlah yang jauh dari sebuah kata ideal, dimana setiap tahunnya. 1-2 juta pohon bakau ukuran 2-3-4 inci musnah.

Langkah Terpadu Penyelamatan Mangrove
Penulis sebetulnya sangat paham langkah-langkah yang harus diambil, dalam menjaga ideal komposisi hutan bakau sebuah daerah apalagi untuk kota Batam.
Tetapi penulis mengambil sebuah analisa yang dilakukan oleh kebanyakan manusia yang ada di Batam,
Kita seakan memalingkan wajah, mengabaikan sebuah kehancuran yang sedang dan terus terjadi terhadap kerusakan hutan Bakau.


Diperlukan Lima Tahun untuk mencapai bakau diameter 3 Inci
Kita coba meringankan rasa miris terhadap kerusakan yang terjadi, monyet bakau yang dahulunya bergelimang makanan terhadap buah bakau melakukan diet ketat atau menjarah kebun-kebun yang ada.
kaum menengah kebawah tidak sanggup membeli mahalnya kepiting bakau dan udang yang segar penghuni hutan mangrove.
Kita melupakan bahwa hembusan angin kencang memporak porandakan rumah-rumah akibat penghalang angin berupa pohon bakau ditebangi. kita hanya menganggap ini musibah dari sang pencipta.
Perlu waktu 

Dikota kepulauan kita bisa merasakan panas meningkat, angin yang berhembus semangkin panas, akibat hutan bakau menipis tidak bisa menghasilkan oksigen, kita melompati detak hati saat anak sekolah dasar bahwa pohon menghasilkan oksigen murni.

Kita melupakan menafikan dan risih mencibir para relawan hutan bakau, saat mereka bersuara parau mengatakan pentingnya hutan bakau lengkap dengan ekosisitimnya, padahal bila kita mendalami tanpa perlu bersikap apriori, bahwa suara parau dan fals mereka merupakan syair impian akan sebuah firdaus yang telah kita rusak (Rizaldy Ananda)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar