Rabu, 18 Juni 2014

Mangrove PT. Philips Indonesia Kami Tanam

Malik pemuda Pulau Labu Tanam Mangrove PT Philips
Busung Tg Perepak Pulau Dangsi Kota Batam, Rabu 18 Juni 2014. Pasca penanaman 200 anak pohon Mangrove di Tg Piayu pada tanggal 14 Juni 2014, yang dilakukan oleh Bapedal Kota Batam bersama dengan perusahaan-perusahaan yang sangat peduli dengan Mangrove, kami sebagai aktivist Selat Bulang Monitoring masih terus melakukan aktivitas penanaman.

Deadline yang telah kami gariskan bahwa pada Juni 2015 telah tertanam 100 ribu Mangrove di Busung Tg Perepak Pulau Dangsi. Kami menjaga kepercayaan atas sumbangsih Asl shipyard Indonesia, Cemara intan Shipyard, fascoat Industries, dan Sindomas precas untuk melakukan penanaman 100 ribu Mangrove.


Kordinat Wilayah Tanam PT Philips
Keprcayaan Adalah hal yang mutlak.

Seperti dalam tulisan sebelumnya kami menerangkan bahwa bila kepercayaan donatur luntur karena adanya unsur kesengajaan hingga tidak tertanam serta dirawat, sudah pasti sangat sulit bagi rekan aktivis atau lembaga lain yang peduli dengan lingkungan, untuk mendapatkan founding, efeknya lingkungan khususnya mangrove akan semangkin merana.

Selain itu kami juga mendapat titipan untuk menanam sekitar 4 ribu pohon Mangrove yang dititipi oleh perusahaan yang percaya kepada kami selain perusahaan yang kami sebutkan diatas, salah satu adalah PT Philips Indonesia dan telah kami tanam sebanyak 650 anakan mangrove serta akan dituntaskan menjadi seribu Mangrove  pada hari kamis tanggal 19 Juni 2014.

Penanaman Mangrove di lokasi Busung Tg Perepak bukan sebuah pekerjaan yang mudah, usulan dari

Kami semai bibit baru sebagai ganti yang telah kami tanam
teman-teman aktivist yang dinyatakan dengan selogan " Kami Tanam Ditempat Yang Paling Sulit". Kondisi landscape busung ini dahulunya adalah tempat yang dijauhi para nelayan, selain medannya berlumpur dalam, hingga sulit berjalan pada saat surut. Bila kita berdiri lama maka tubuh akan semangkin terbenam hingga mencapai sepinggang orang dewasa.

Busung ini terbentuk karena adanya arus surut yang membawa partikel lumpur sedikit demi sedikit dari hulu sungai Langkai dan sungai Pengabu. Perlu kami informasikan bahwa sungai langkai dan pengabu membawa   buangan air limbah ribuan rumah tangga masayarakat, serta pasar basah yang berdomisili di kawasan SP Aviari, dapur 12 kapling dan wilayah sekitarnya.


Bisa kita bayangkan ribuan triliun bakteri telah mengendap di lumpur Busung Tg Perepat. Sehingga wilayah ini menjadi target utama penanaman kami sehingga nantinya pohon Mangrove bisa membantu menetralisir kandungan logam berat yang ada.
Konsekwensinya kami harus mencari momen saat air laut akan pasang atau mendekati surut untuk menanam mangrove, agar tubuh menjadi lebih ringan saat dilumpur dan airnya tidak begitu gatal.

Sabtu, 14 Juni 2014

Tanam Mangrove Butuh Lebih dari sekedar Kepedulian.


Tg Piayu Batam 14 Juni 2014.Pengalaman menanam mangrove bukan hal yang langka bagi kami para aktivist lingkungan yang tergabung dalam selat bulang Monitoring, tetapi pengalaman saat melakukan penanaman mangrove di Tg Piayu sempena hari lingkungan hidup sedunia 2014, merubah pola pandang kami terhadap para pengusaha yang selama ini yang hanya menyumbangkan dananya bagi pemulihan lingkungan.

Fakta terlihat jelas bagi kami bahwa mereka lebih aktivist dari kami, mengapa tidak, selain dana , waktu libur, serta tenaga mereka lakukan, mereka tidak segan untuk terjun kepantai yang sedang air pasang tanpa alas kaki, padahal bagi kami yang paham akan habitat pesisir, didaerah ini banyak terdapat ikan Lepu (lion Fish).
Ipeh Bapedal

Hujan, yang penting tanam mangrove


Nurhidayat (Philips) Kami support bila diajak lagi

Susah menanam Mangrove but I'm happy

Oka Simatupang, kordinir distribusi mangrove

Dendi Purnomo, Tanam mangrove memang seperti ini

Philips Percayakan 1,000 Bakau kami Tanam

Batam tg Piayu, 14 Juni 2014. Merupakan sebuah kehormatan bagi kami para aktivist lingkungan hidup.
Nur (Philips) & Mitchell (ASL) Mangrove Activist
Pertemuan dengan perwkilan PT Philips Industries Batam disela-sela acara tanam mangrove di lokasi Tg Piayu Batam.  Kegiatan Tanam mangrove seratus ribu tahun 2014-2015 dengan progres 20 ribuan anakan mangrove yang telah ditanam dikawasan Busung Tg Perepat Dangsi pulau Batam dengan dukungan pelaku industri yang ada dikawasan Tg Uncang.

Melalui LSM Lakri (lembaga Kajian alam Lingkungan Kepri) Hery Setiawan, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Selat Bulang Monitoring, Hery mengatakan bahwa PT Philips sangat antusias untuk berperan serta menanam seribu pohon mangrove dan telah menyumbangkan pembiayaan tanam langsung kepada Lakri.

Mangrove Care
PT.Philips bukan termasuk perusahaan yang menjadi target utama yang kami ajak dalam Tanam 100 ribu mangrove, target kami adalah perusahaan yang beroperasi dikawasan pantai atau yang menggunakan lahan mangrove sebagai tempat usahanya, sudah seharusnya mereka lebih pro aktif terhadap kelangsungan kehidupan mangrove, tetapi Philips mengapa tidak !, kami akan menyajikan sebuah pengalaman baru sebuah skema yang nantinya bakal di adopsi para aktivist mangrove.

Pada kesempatan itu Rizaldy direktur eksekutif Cisha Indonesia yang didapuk sebagai pimpinan Selat bulang Montoring memberikan penjelasan singkat kepada pak Nurhidayat perwakilan PT Philips, bahwa kami akan menyiapkan space yang ditandai dengan GPS di empat titik seluas 500 m2 dari 48 ha lahan kritis yang ada, dilokasi yang yang mampu menampung anakan bakau sebanyak 1,000 pohon dengan kerapatan tanam 50 cm per pohon, sehingga PT Philips mampu memonitor perkembangan seribu
Dendi N Purnomo Protection Environment
mangrove yang kami tanam

Pemberian titik kordinat ini perlu untuk menjaga kepercayaan dari para penyumbang karena mereka adalah urat nadi sebuah kegiatan pemulihan lingkungan, bila satu aktivist atau lembaga melakukan pembohongan, dapat berimplikasi bagi NGO lain untuk mencari atau mendapatkan sumber pendanaan. Implikasinya jelas terhadap pemulihan lingkungan itu sendiri.


ASL Shipyard Indonesia Menanam

Celana Bagian Atas dan Baju Masih Mantap
Batam 14 Juni 2014. Dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia 2014 Badan Pengendalian Lingkungan Kota Batam mengajak peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli dengan lingkungan, hal ini di ungkap Dendi N Purnomo selaku kepala Bapedal dihadapan para pengusaha dan aktivist lingkungan.

ASL shipyard Indonesia  pendukung kegiatan pemulihan lingkungan khusus mangrove di kawasan Busung Tg Perepat pulau Dangsi turut hadir untuk melihat langsung, kegiatan hari lingkunga Hidup sedunia 2014 yang dilakukan oleh Bapedal.

Mitchell Mantiri yang mewakili ASL Indonesia bersama-sama dengan Jajang (PT Shimanao)
Seluruh Celana sudah basah samapai kedalam
Nur (PT Philips) terlihat sangat antusias saat melakukan penanaman mangrove, ditengah guyuran hujan lebat, berendam di air laut yang sedang pasang menutupi muka tanah di pantai pulau Piayu Laut.

Sebagai aktivist tentunya kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada ketiga perusahaan ini. 
Bagi kami yang sering melakukan penanaman, tentunya merasakan keasyikan mereka pada saat melakukan touch down anakan bakau kelubang penanaman, memberikan asa terhadap kelangsungan hidup bagi anakan mangrove yang telah kami semai.

Seksi saat menanam mangrove
Harapan tentunya tidak akan terwujud tanpa kegiatan yang nyata, fakta lapangan merupakan pembuktian bahwa masih banyak yang sangat peduli, hanya bagaimana membuat kepedulian mereka berubah menjadi kecintaan, lalu berubah menjadi ritme kehidupan yang tidak bisa mereka lupakan. Saatnya mereka bisa berujar "Kami telah tanam 100 ribu mangrove tahun 2014-2015". Rdr 001







Kamis, 12 Juni 2014

Amputasi Habitat Mangrove Di Pulau Batam

Hutan mangrove yang ada di pulau Batam semangkin hari semangkin keritis. Pada tahun 90 hutan mangrove primer yang ada di Pulau Batam sebanyak 19% dari total 41.500 ha luas darat pulau Batam, ini belum termasuk pulau sekitarnya.

Namun sekarang ini tahun 2014 kami membuka kepada publik dan memberitahukan kepada para
Sebagai aktivist yang konsen terhadap kelanjutan kehidupan Mangrove tentunya kami merasa tidak nyaman, apalagi ada pertanyaan dari seorang anak kelas 5 SD yang mempertahankan pernyataan bahwa Bakau itu batang pohonya hanya sebesar lengan orang dewasa, dan berdaun rindang.

Pengambilan Bungkat Bakau
stockholeder yang berkompeten di Batam bahwa hutan Mangrove primer (diameter 15-20 cm) kita hanya tinggal 1% (80 ha) atau + 600 ribu batang saja.
Lokasi Penyemaian Bibit Bakau
Pernyataan anak ini tentu ada benarnya bahwa dia melihat secara langsung saat kami membawa mereka berwisata melihat-lihat garis pantai yang ditumbuhi bakau. yang terlihat memang Bakau dengan dia meter setangan orang dewasa dan sangat rindang karena telah ditebang untuk diambil kayunya.
Sulit menerangkan bahwa diameter batang bakau bisa mencapai 15-20 cm, serta tingginya 15 meter lebih, karena faktanya memang tinggal yang seperti si anak katakan.

Kepedulian tanpa niat yang baik turut mereposisi hutan Mangrove.
Banyak yang perduli dengan keberadaan Mangrove, saat oknum nelayan bersuara mendemo perusak bakau mereka sangat peduli, saat aktivist lingkungan menanam bakau mereka lebih perduli, saat pemerintah membuat peraturan untuk melindungi mangrove mereka perduli.
Mari kita jabarkan keperdulian mereka dari kacamata yang berbeda dan terjadi dilapangan.
Nelayan sebagai puncak pemanfaat sisi ekonomis dari habitat mangrove ternyata tidak lebih  baik dari perusak itu sendiri, mengapa demikian, terdapat 32 mil garis pantai Batam yang tereposisi dari habitat mangrove menjadi kawasan industri, merupakan persetujuan nelayan, mereka berteriak lalu mendapat ganti rugi, lalu mereka menerima karena mereka berpikir masih banyak habitat seperti ini ditempat lain, tetapi apa lacur derasnya pembangunan, membuat hutan mangrove yang pikir mereka masih luas secara cepat berubah menjadi hutan beton.

Aktivist lsm, banyak dari mereka mempublikasi kegiatan tanam dibarengi acara seremoni, megah dengan
Saat mereka tanam 10 ribu pohon mangrove ternyata mereka telah menghancurkan 10 ribu pohon bakau serta mengahancurkan kesempatan lembaga atau aktivist lain sebanyak jutaan pohon Bakau.
Saat mereka menanam rata-rata tidak berhasil, tingkat mortalitas yang begitu tinggi karena berbagai faktor, rata-rata mereka mengorder anakan bakau yang diambil dari alam dua hari sebelum acara, bukan berdasarkan persemaian.

Lokasi Tanam Anakan Bakau
dukungan pers hingga gaungnya terdengar sampai keluar negeri, tapi sangat sedikit yang mempublikasikan secara laten perkembangan yang mereka tanam, banyak organisasi yang melakukan tanam bakau sempena hari bumi, hari lingkungan hidup, tetapi mereka turut menghancurkan habitat mangrove itu sendiri.
Sistim ini hanya mampu membuat Bakau bertahan seminggu, karena anakan tersebut akan mati karena stresing, serta akar rambut yang hilang saat pencabutan, elevasi pasang surut terus mengahantam anakan bakau.
Monitoring Mangrove
Layaknya bayi  yang baru lahir harus dikontrol dan dimonitor, jangan sampai ada gangguan selama 8-12 bulan, terutama faktor manusia yang berlalu lalang disekitar mereka.

Seremoni yang mereka lakukan serta biaya publikasi sungguh fantastis,bisa sepuluh kali lipat dari biaya penanaman. Kegagalan metode ini membuat donatur menjadi enggan untuk membantu para aktivist, laporan perkembangan kehidupan mangrove yang ditanam tidak pernah dilaporkan, menjadikan ini alasan perusahaan tidak mau aktif menanam bakau, lalu menutup pintu bagi para aktivist yang benar-benar mencintai dan merawat mangrove.

Tulisan ini hanya diperuntukan untuk orang,serta lembaga yang mengatas namakan lingkungan untuk kepentingan pribadi, tanpa mengikut sertakan kepentingan lingkungan itu sendiri.(R001)



 






Kamis, 05 Juni 2014

World Environment Day 2014

Batam 5 Juni 2014, Pulau Labu, Hari Lingkungan Hidup sedunia ternyata banyak yang mengingatnya, sebagai aktivist bergerak dibidang lingkungan tidak mau ketinggalan, Bertempat dirumah Bakau Indonesia direktur Selat Bulang Monitoring dihadiri oleh 15 orag aktivist, serta penduduk Pulau labu dan pulau selat Nenek.


Menuju Kerumah bakau
Peta digital wilayah water front city Marina-tg riau
Pada kesempatan itu tanpa perlu kata sambutan dan mukadimah, tanpa perlu mengundang pejabat serta ahli, tanpa perlu mengundang pers,  kami memuat pertemuan sederhana. Berdiskusi ringan tentang fungsi-fungsi yang dimiliki kawasan hutan mangrove. meliputi Fungsi  fisik, kimia, biologi serta ekonomi kawasan hutan mangrove.

Bahasa, pertanyaan, dan jawaban sederhana mendominasi pertemuan diselingi kopi & teh panas ditenggarai cuaca sedikit mendung siang di Pulau labu.Diambil sebuah kesimpulan, bahwa pemerintah yang paling bertanggung jawab. Pengalokasian hutan mangrove untuk kawasan shipyard serta hunian perumahan, bukan saja menhilangkan fungsi-fungsi hutan mangrove, tetapi juga menghapuskan sebuah peradaban bio ecoregion dari sebuah Hutan mangrove.

Untuk kawasan Pulau Batam, hanya terdapat + 1,000  ha dari 100 ribu ha hutan mangrove primer itupun tidak bisa dikatakan hutan primer dengan diameter 15 cm keatas sudah sangat langka, kita ambil contoh yang sangat tragis adalah kawasan Tiban, ditahun 2000 s/d 2010 terdapat puluhan ribu mangrove primer kini hanya tinggal 20 ha lebih itupun sudah dialokasikan oleh BP Batam kepada investor.Kemudian kawasan Tg riau meliputi area sei Tamiang, telah total habis pasca dibangungnnya hotel haris resort tepat menutup muara sungai Tamiang sehingga dihulu sungai yang dahulunya hutan mangrove berubah fungsi menjadi lahan komersil, dibangun perumahan serta area ski air untuk menambah fungsi ekonomi bagai pengelola water front city namun menghilangkan fungsi ekonomi bagi masyarakat lokal.

Pembangunan Dam Tembesi, dibendungnya muara sungai tembesi untuk membuat dam

Diskusi menjadi lebih menarik saat Musa tokoh masyarakat pulau Labu, mempertanyakan mengapa kami menanam mangrove yang jumlahnya begitu besar, sedangkan mereka telah bertanya kepada Dinas Kelautan perikanan serta kehutanan Batam, dan mendapat jawaban bahwa kami tidak menerima pembiayaan untuk menanam Bakau yang jumlahnya mencapai 100 ribu pohon.
Jawaban cukup sederhana bahwa kami cinta lingkungan dan ingin nama kami diukir dihati masyarakat bahwa hutan mangrove di busung tg Perepat adalah buah karya kami.
Mangrove menunggu ajal
penampungan air tawar, berakibat matinya mangrove serta biota laut yang terkandung di wilayah Tembesi, seluas 600 ha dengan kerapatan mangrove 5 ribu - 7 ribu maka terdapat 3 juta mangrove yang sekarat. Kerusakan sistimatis yang diizinkan tentunya harus dibarengi dengan penggantian wilayah mangrove seluas yang dihancurkan, tetapi ini pun tidak dipenuhi oleh pemerintah, serta swasta yang menikmati fasilitas membolehkan merusak dan menghapuskan keberadaan hutan mangrove.
Bakau terakhir dikawasan Tiban Batam


Kami ingin fungsi ekonomi yang terdapat didalam hutan mangrove dapat dinikmati oleh masyarakat banyak, kami ingin agar kepiting bakau menjadi murah harganya, kami ingin mencubit pemerintah bahwa kami membuat tanpa anggaran dari kalian, kami ingin masayarakat juga melakukan penanaman mangrove secara swadaya demi kelangsungan habitat untuk anak cucu. Sebagai aktivist kami hanya perlu pengakuan bahwa kami peduli lingkungan titik. selamat hari lingkungan hidup sedunia. red 001