Minggu, 20 November 2016

Kami Green Warrior.



Kehormatan para pejuang lingkungan adalah saat dia dikunjungi dan diapresiasi oleh para pejuang lingkungan juga, bukan oleh para orang-orang yang pura-pura berjuang tetapi cuma sebagai penikmat.

Kami faham mengukur bobot seseorang dibidang lingkungan bukan keahlian kami, namun itu menjadi wajar karena kami bukanlah tim penilai, namun kami dapat merasakan orang - orang yang berjuang dan beraksi sesuai dengan pengalaman dan kadar kegiatan yang kami miliki.

Rumah Bakau Indonesia memang terbuka untuk umum, dan dibuka secara gratis tanpa dipungut sesenpun biaya, terutama untuk para penggiat lingkungan. Namun kami menetapkan sebuah hak, berupa, hak preogratif yang tak terbantahkan, bahwa RBI dapat memilih dan menolak kunjungan orang-orang-orang ke shelter, karena shelter RBI, kami buat dengan keringat kami sendiri, dengan tujuan untuk berkumpulnya para pejuang lingkungan, dan bukan bagi para penikmat.


Kami menolak orang-orang yang sekedar menikmati, lalu memuji-muji hal yang bukan keilmuannya, kami cukup nyaman dengan kemandirian dan kesendirian merawat wilayah Bakau yang dahulunya porak poranda, menjadi dapat dinikmati serta berguna bagi ekosistem sekitarnya.

Kunjungan KPAL (Komunitas Pecinta Alam)Politeknik Batam dibawah komando Saudara Hendri dan Kubina ke RBI beberapa bulan yang lalu dan ditindak lanjuti dengan komunikasi secara verbal dan mendia sosial.

Jujur kami ragu dengan kegiatan mereka selama ini, yang kami anggap tidak mempunyai  pola dasar dalam penyelamatan lingkungan yang semangkin parah, 
Kami menganggap mereka kaum penikmat, yang melakukan seleberasi, demi eksistensi mereka sebagai kelompok yang berafiliasi pro lingkungan.

Kami mengangap penyelamatan lingkungan hanya sebuah jargon yang mereka bungkus, sebagai kegiatan utama, namun pelaksanaannya berbeda, dan tidak sesuai dengan cara pandang kami sebagai aktivist lingkungan.

Untuk membuktikan asumsi tersebut, bahwa anggapan kami bisa salah adalah hal yang wajar, maka aktivist RBI sepakat dengan saudara Hendri, melakukan kegiatan bersama pada tanggal 20 November 2016, sehingga kami dapat mengetahui kadar mereka dalam mencintai alam.
Kegiatan dilakukan satu hari penuh dimulai dengan pemaparan pendiri RBI, serta klasifikasi green warrior yang kami inginkan.

Kami menginginkan para pemuda-pemudi tangguh, yang tangguh di air, dan dilumpur. Aktivist yang tidak mengeluh saat keadaan sekarat, aktivist yang tidak cengeng karena Agas bakau menyentuh kulit mereka.

Intinya kami tidak mau mereka memposisikan seperti kaum alay sebagai penggembira pada acara talk show bayaran. Intinya kami ingin mereka seperti aktivist tangguh, berteman dan berkonstribusi untuk alam khususnya ekosisitem pesisir.

Etape pertama adalah penanaman anakan bakau di Zona IV alfa area, mereka harus berjalan membawa anakan bakau dari pusat pembibitan sejauh 100 meter, melewati lorong bakau, dengan pijakan lunak, membenamkan kaki-kaki mereka sedalam paha orang dewasa.

Sulitnya bagi mereka harus menghidari bibit-bibit anakan bakau yang telah ditanam sebelumnya, oleh para penggiat lingkungan yang telah lebih dahulu melakukan aksi serupa, mereka harus hati-hati karena pohon kehidupan yang telah ditanam jangan sampai terpijak oleh mereka.
Alih-alih ingin berkontribusi akhirnya malah merusak.
Akar-akar bakau merupakan rintangan lain yang tak kalah menarik, tunggul-tunggul, kerang-kerangan serta teritip merupakan hambatan ekstra, sebagai penguji keteguhan hati mereka, 

Tiga ratusan anakan bakau telahpun mereka selesaikan dengan sedikit kesulitan, mahasiswi dan mahasiswa, sepertinya mereka telah bekerja sama secara baik di etape pertama, maka para aktivist RBI meningkatkan tantangan lanjutan.

Menggunakan ponton boat, para mahasiswa kami jemput ditepi alur utama, masih dalam posisi badan tengelam separuh, mereka bahu membahu menaikkan teman-teman mereka satu persatu, saling bergandeng tangan, mendorong menarik terdengar teriakan komando serta gurauan marah saat yang peserta ada yang lambat menaiki ponton boat. 

Kami akui ini sebuah tindakan yang sulit untuk kaum pemula, daya angkat tubuh yang terbenam dilumpur untuk menaiki ponton merupaka usaha yang cukup menguras waktu dan tenaga.
Namun ini bukan rekreasi, ini perjuangan teman.
Kalian harus keras berjuang agar menghargai sebuah arti kemenangan,

Ponton boat telah berisi maksimal sebanyak 12 peserta, sedangkan sisanya kami biarkan menunggu dimulut alur sungan Korek. yah kami biarkan mereka menunggu ditengah rimbun bakau dan dalam keadaan terbenam, biar dapat mereka rasakan jangan pernah mengeluh saat menunggu ditempat yang lebih nyaman.

Perjalanan menuju etape kedua yaitu Zona I alfa Area kurang lebih 10 menit melewati lorong bakau, berkelok dan hanya selebar ukuran ponton, membuat dahan - dahan bakau menyapa tubuh para peserta, menggores tubuh mereka saat mereka kurang wasapada, karena ini juga wisata air, yang dapat kalian nikmati dengan kewaspadaan stadium rendah.
Ini perjalanan teman, perjalanan menyulam bakau terkoyak.

Sesampai di lokasi tanam etape kedua, mereka diharuskan meloncat ke point yang telah diarahkan aktivist, yah meloncat bukan disambut bagai pangeran atau putri raja, dan merekapun melompat menyatu dengan air sepinggang serta lumpur bakau yang lembut.
Wajah para wanita terlihat pias, namun mereka yakin melihat wajah kami yang serius, bahwa kami bukan ingin menjerumuskan, kami ingin kalian merasakan menjadi peduli bukan sekedar senyum manis, kami lebih peduli kalian bertindak secara nyata, berani, seberani para penebang bakau yang merusak alam ini.

Etape ketiga bukannya lebih ringan, walaupun hanya berjarak belasan meter dari shelter RBI, mereka diharuskan menyulam bibit-bibit bakau dengan propagul segar, mereka harus mengangkati lumpur-lumpur, menggunakan goni, lalu menuanggkannya di petak pembibitan, dan ini tidak mudah, mengeruk lumpur dam keadaan pasang, memindahkannya, kalian pikir ini gampang, tidak teman, ini kerja para green warrior.

Terlihat mereka bahu membahu, serius, canda menjadi satu, mereka telah membuang ego mereka, mereka adalah pejuang. Pejuang yang mendedikasikan dirinya, mendedikasikan waktunya demi sebuah kepedulian, bahwa mereka akan berteriak kencang, karena tangan mereka berlumpur, tubuh mereka tergores dalam tindakan penyelamatan lingkungan, 

Hari ini kami nyatakan bahwa KPAL Politeknik Batam telah menanam sebanyak seribu anakan bakau, membibitkan dua ribu tigaratus propagul di pusat pembibitan bakau RBI.
Hari ini mereka membuktikan bahwa mereka tidak kurang kadarnya sebagai penggiat lingkungan, bahwa didiri mereka melekat kata "Green Warrior".

Salam Lestariiiii.... !
Selamatkan bakau..!









.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar