Sabtu, 10 Desember 2016

Kami Bagian Yang Mengambil Peran

Batam 10 Desember 2016, Sudah satu minggu ini, wilayah RBI (Rumah Bakau Indonesia) meningkat kesibukannya, hilir mudik truk pengangkut, belum lagi belasan aktivist yang terus silih berganti datang dan pergi.
Kedatangan 2.400 anakan pohon Mahoni dan Pulai perlu penanganan dengan segera karena beberapa faktor baik dalam masa pengangkutan serta pengambilan dari tempat pembantaran sementara di Politeknik Batam.

Adanya akar-akar anakan pohon yang telah menembus lapisan polibeg tentunya perlu penanganan khusus, dan kenyataan ini mencakupi hampir delapan puluh persen anakan pohon yang di pindahkan.
Namun ini sudah kami antasipasi, dengan menyiapkan tanah pengganti, dan polybeg ukuran besar (6X9 inci) serta tambahan media kompos dan tanah gembur sebagai tambahan nutrisi.

Bertambahnya volume tanah dan polybeg rupanya kurang mendapat perhitungan dari kami, sehingga lokasi pembantaran yang telah ditutup oleh paranet, sebagai pelindung tidak cukup luas, sehingga harus dilakukan penambahan dan tentunya menguras energy yang tidak sedikit dan harus dikerjakan dengan tenggat waktu kurang dari empat jam.

Pekerjaan yang telah dikoordinir sebelumnya, ditambah dengan kemampuan SDM dari RBI yang telah teruji, dalam membibitkan puluhan ribu anakan bakau,  dapat membantu Komunitas Akar Bhumi Indonesia menyiapkan karantina anakan pohon yang datang, sehingga dapat siap tanam pada waktunya.

Geliat Akar Bhumi Indonesi dalam menyiapkan anakan pohon terdengar lebih cepat dari yang kami pikirkan, bahwa beberapa perusahaan telahpun berkomitmen secara lisan dan dapat ditingkatkan dalam bentuk MOU dan aksi penanaman 1,000 pohon medio January 2017.

Bahwa para pemerhati lingkungan terus mengontak RBI dan Akar Bhumi Indonesia untuk bekerja sama, dalam bidang penanaman pohon pelindung diwilayah-wilayah yang tidak kami duga sama sekali, hingga kami harus menambah jumlah pasokan bibit dan anakan pohon untuk menuntaskan dahaga-dahaga para pecinta lingkungan serta perusahaan perusahan dengan yang berwawasan lingkungan

Terima kasih Kementerian LHK, Upt BKSDA Kepri Tanjung Pinang, K-PAL Politeknik Batam,   ASL Shipyard Indonesia, Cemara Intan Shipyard, LA Enginering , Enviro Cipta Lestari, Bakau Merah Indonesia, Mangrove Explorer,


Sabtu, 26 November 2016

Menulis Kertas kosong

Akar Bhumi Indonesia

Batam, 25 November 2016. Akar Bhumi Indonesia adalah Komunitas yang mengambil pilosofi akar dalam mecintai serta merawat bumi, Akar sebuah tumbuhan terutama berjenis pohon keras, melindungi tanah dari bergeser, menyimpan air serta menghalangi abrasi maupun intrusi. 
Akar yang jauh meresapi, bagaimana keseimbangan sebuah tegakan, akar yang terbenam memasok keindahan bunga-bunga, buah buah yang siap dinikmati oleh mahluk lainnya.

Menggunakan pilosofi akar maka para aktivist mulai mencari dan terus mencari orang-orang yang akan mengisi komunitas ini, kriteria, pemilihan nama, serta manusia-manusia yang akan menjalankan telah disusun jauh hari sebelum kami memulai memancangkan tapak lokasi pembibitan.

prepare Akar Bhumi Base camp
Pemilihan organ pelaksana jauh dari presepsi orang-orang kebanyakan, kami memilih orang-orang muda, yang benar benar muda baik dari segi umur maupun pengalaman, dan nantinya terpilih sebagai leader dari sebuah komunitas, dengan bobot dalam berkarya melebihi mereka yang sekedar berangan-angan untuk penyelamatan ekosistim. Menulis kertas kosong dengan lebih rapih dari pada menulis ulang kertas yang telah ditulisi berbagai warna. 

Para pemuda ini diberikan skema rancang bangun Akar Bhumi Indonesia, skema dari dasar sebuah gerakan, yaitu menumbuhkan bibit-bibit pohon, baik itu pohon keras maupun pohon produksi. Lalu mulai melakukan aksi-aksi penanaman dalam jumlah tertentu dalam satu tahun.
Bahwa mereka didesak membuat event-event dalam tingkatan skala kecil hingga besar, untuk mengajak dan memilih para pecinta lingkungan yang dapat merawat bumi

Akar Bhumi Indonesia
Dasar pembibitan menjadi sangat penting untuk sebuah kesinambungan merawat alam.
Puluhan ribu pelajar tingkat TK sampai SLTA, dinaungi oleh lebih dari 1200 sekolah yang ada di Batam, bila semua tergerak untuk menanam, maka diperlukan paling tidak 100 ribu bibit pohon untuk mereka tanam.

Penyiapan posko berbentuk skoci yang nantinya didekorasi sesuai selera anak muda, fungky meledak-ledak, dan bekerja cepat, tentunya akan membantu kenyamanan mereka dalam berkarya, dengan konsep bunga warna warni menghiasi taman, dan contoh tanaman keras dan pohon buah, menambahkan sentuhan alam lengkap mewakili seluruh kegiatan akar bhumi Indonesia.

Membayangkan para pemuda dibawah 20 tahun berkontribusi untuk alam, membayangkan mereka bertemu dan mengajak aksi merawat Bumi, bertatap dan bicara dengan para pengajar, ketua yayasan, sampai dengan pemegang tampuk kekuasaan dari korporasi maupun institusi.
Membayangkan mereka berlari lebih cepat dari pada kami, rasanya dada ini sesak dengan kegembiraan.

Salam Lestari.... !!!!


Minggu, 20 November 2016

Kami Green Warrior.



Kehormatan para pejuang lingkungan adalah saat dia dikunjungi dan diapresiasi oleh para pejuang lingkungan juga, bukan oleh para orang-orang yang pura-pura berjuang tetapi cuma sebagai penikmat.

Kami faham mengukur bobot seseorang dibidang lingkungan bukan keahlian kami, namun itu menjadi wajar karena kami bukanlah tim penilai, namun kami dapat merasakan orang - orang yang berjuang dan beraksi sesuai dengan pengalaman dan kadar kegiatan yang kami miliki.

Rumah Bakau Indonesia memang terbuka untuk umum, dan dibuka secara gratis tanpa dipungut sesenpun biaya, terutama untuk para penggiat lingkungan. Namun kami menetapkan sebuah hak, berupa, hak preogratif yang tak terbantahkan, bahwa RBI dapat memilih dan menolak kunjungan orang-orang-orang ke shelter, karena shelter RBI, kami buat dengan keringat kami sendiri, dengan tujuan untuk berkumpulnya para pejuang lingkungan, dan bukan bagi para penikmat.


Kami menolak orang-orang yang sekedar menikmati, lalu memuji-muji hal yang bukan keilmuannya, kami cukup nyaman dengan kemandirian dan kesendirian merawat wilayah Bakau yang dahulunya porak poranda, menjadi dapat dinikmati serta berguna bagi ekosistem sekitarnya.

Kunjungan KPAL (Komunitas Pecinta Alam)Politeknik Batam dibawah komando Saudara Hendri dan Kubina ke RBI beberapa bulan yang lalu dan ditindak lanjuti dengan komunikasi secara verbal dan mendia sosial.

Jujur kami ragu dengan kegiatan mereka selama ini, yang kami anggap tidak mempunyai  pola dasar dalam penyelamatan lingkungan yang semangkin parah, 
Kami menganggap mereka kaum penikmat, yang melakukan seleberasi, demi eksistensi mereka sebagai kelompok yang berafiliasi pro lingkungan.

Kami mengangap penyelamatan lingkungan hanya sebuah jargon yang mereka bungkus, sebagai kegiatan utama, namun pelaksanaannya berbeda, dan tidak sesuai dengan cara pandang kami sebagai aktivist lingkungan.

Untuk membuktikan asumsi tersebut, bahwa anggapan kami bisa salah adalah hal yang wajar, maka aktivist RBI sepakat dengan saudara Hendri, melakukan kegiatan bersama pada tanggal 20 November 2016, sehingga kami dapat mengetahui kadar mereka dalam mencintai alam.
Kegiatan dilakukan satu hari penuh dimulai dengan pemaparan pendiri RBI, serta klasifikasi green warrior yang kami inginkan.

Kami menginginkan para pemuda-pemudi tangguh, yang tangguh di air, dan dilumpur. Aktivist yang tidak mengeluh saat keadaan sekarat, aktivist yang tidak cengeng karena Agas bakau menyentuh kulit mereka.

Intinya kami tidak mau mereka memposisikan seperti kaum alay sebagai penggembira pada acara talk show bayaran. Intinya kami ingin mereka seperti aktivist tangguh, berteman dan berkonstribusi untuk alam khususnya ekosisitem pesisir.

Etape pertama adalah penanaman anakan bakau di Zona IV alfa area, mereka harus berjalan membawa anakan bakau dari pusat pembibitan sejauh 100 meter, melewati lorong bakau, dengan pijakan lunak, membenamkan kaki-kaki mereka sedalam paha orang dewasa.

Sulitnya bagi mereka harus menghidari bibit-bibit anakan bakau yang telah ditanam sebelumnya, oleh para penggiat lingkungan yang telah lebih dahulu melakukan aksi serupa, mereka harus hati-hati karena pohon kehidupan yang telah ditanam jangan sampai terpijak oleh mereka.
Alih-alih ingin berkontribusi akhirnya malah merusak.
Akar-akar bakau merupakan rintangan lain yang tak kalah menarik, tunggul-tunggul, kerang-kerangan serta teritip merupakan hambatan ekstra, sebagai penguji keteguhan hati mereka, 

Tiga ratusan anakan bakau telahpun mereka selesaikan dengan sedikit kesulitan, mahasiswi dan mahasiswa, sepertinya mereka telah bekerja sama secara baik di etape pertama, maka para aktivist RBI meningkatkan tantangan lanjutan.

Menggunakan ponton boat, para mahasiswa kami jemput ditepi alur utama, masih dalam posisi badan tengelam separuh, mereka bahu membahu menaikkan teman-teman mereka satu persatu, saling bergandeng tangan, mendorong menarik terdengar teriakan komando serta gurauan marah saat yang peserta ada yang lambat menaiki ponton boat. 

Kami akui ini sebuah tindakan yang sulit untuk kaum pemula, daya angkat tubuh yang terbenam dilumpur untuk menaiki ponton merupaka usaha yang cukup menguras waktu dan tenaga.
Namun ini bukan rekreasi, ini perjuangan teman.
Kalian harus keras berjuang agar menghargai sebuah arti kemenangan,

Ponton boat telah berisi maksimal sebanyak 12 peserta, sedangkan sisanya kami biarkan menunggu dimulut alur sungan Korek. yah kami biarkan mereka menunggu ditengah rimbun bakau dan dalam keadaan terbenam, biar dapat mereka rasakan jangan pernah mengeluh saat menunggu ditempat yang lebih nyaman.

Perjalanan menuju etape kedua yaitu Zona I alfa Area kurang lebih 10 menit melewati lorong bakau, berkelok dan hanya selebar ukuran ponton, membuat dahan - dahan bakau menyapa tubuh para peserta, menggores tubuh mereka saat mereka kurang wasapada, karena ini juga wisata air, yang dapat kalian nikmati dengan kewaspadaan stadium rendah.
Ini perjalanan teman, perjalanan menyulam bakau terkoyak.

Sesampai di lokasi tanam etape kedua, mereka diharuskan meloncat ke point yang telah diarahkan aktivist, yah meloncat bukan disambut bagai pangeran atau putri raja, dan merekapun melompat menyatu dengan air sepinggang serta lumpur bakau yang lembut.
Wajah para wanita terlihat pias, namun mereka yakin melihat wajah kami yang serius, bahwa kami bukan ingin menjerumuskan, kami ingin kalian merasakan menjadi peduli bukan sekedar senyum manis, kami lebih peduli kalian bertindak secara nyata, berani, seberani para penebang bakau yang merusak alam ini.

Etape ketiga bukannya lebih ringan, walaupun hanya berjarak belasan meter dari shelter RBI, mereka diharuskan menyulam bibit-bibit bakau dengan propagul segar, mereka harus mengangkati lumpur-lumpur, menggunakan goni, lalu menuanggkannya di petak pembibitan, dan ini tidak mudah, mengeruk lumpur dam keadaan pasang, memindahkannya, kalian pikir ini gampang, tidak teman, ini kerja para green warrior.

Terlihat mereka bahu membahu, serius, canda menjadi satu, mereka telah membuang ego mereka, mereka adalah pejuang. Pejuang yang mendedikasikan dirinya, mendedikasikan waktunya demi sebuah kepedulian, bahwa mereka akan berteriak kencang, karena tangan mereka berlumpur, tubuh mereka tergores dalam tindakan penyelamatan lingkungan, 

Hari ini kami nyatakan bahwa KPAL Politeknik Batam telah menanam sebanyak seribu anakan bakau, membibitkan dua ribu tigaratus propagul di pusat pembibitan bakau RBI.
Hari ini mereka membuktikan bahwa mereka tidak kurang kadarnya sebagai penggiat lingkungan, bahwa didiri mereka melekat kata "Green Warrior".

Salam Lestariiiii.... !
Selamatkan bakau..!









.

Goresan Alam, Bukti Kami Pejuang

Aktivist dan Aktivist

Masih dikelas alam RBI, banyak cerita pernak-pernik sebuah kejadian, menjadi bingkai yang menghidupi sebuah potert kepedulian akan alam.
Kali ketiga gadis ini mengunjungi RBI, kali ketiga juga dia menanam anakan-anakan bakau, keringat, dan letih dirasakan kecil, hingg luka menjadi sebuah cerita.
Bahwa perlu pengorbanan, untuk mencapai shelter RBI, berjalan sejauh 700 meter dari jalan aspal karena jalan tanah tidak mampu dilalui bis besar, apalagi penghujung tahun dimana intesitas curah hujan semangkin tinggi.

Saat etape pertama dilalui,  masuk etape kedua menyusuri jalur rawa untuk menanam anakan bakau, jalur ini merupakan sarana pembuktian, yang dapat membedakan para penikmat dan penggiat lingkungan, etape menyusuri tanah berlumpur sedalam matakaki hingga lutut, jalur dimana para reptil dan kerang-kerangan bersembunyi malu menyambut para penggiat, yang mereka tahu akan menyulam bakau terkoyak, menyulam bakau-bakau menjadi rumah mereka yang nyaman, minimal mereka tahu bahwa para penebang tidak berani lagi merobohkan rumah mereka dengan kapak-kapak yang tajam.

Para green warior terus merangsak maju, mencari celah tanah diatara akar bakau yang mati karena batang mereka telah dipotong, menancapkan para bayi bakau sebanyak-banyaknya demi sebuah harapan, bahwa ini akan tumbuh menjadi besar, kokoh menghalang badai, menghasilkan oksigen, rumah para reptil dan mahluk hidup penghuni asli rawa bakau.
Niat mereka satu penyelamatan lingkungan.

Namun niat baik bukan harus menjadi mudah, terkadang niat itu terus mendapatkan ujian dengan hambatan diluar kontrol para manusia, tidak jarang kaki-kaki yang terbalut sepatu karet mendapat luka, akibat ranting atau akar yang tajam. tergores, hingga terkoyak merupakan hal yang biasa malah ini menjadikan semangat tambahan serta sebuah kebanggaan, alam telah menulis dikaki-kaki mereka yang mulus, alam telah memahat media lembut dengan keangkuhan mereka, mengoyak, menggores sebagai bahasa kalbu, bahwa ini sertifikat alam, ini tulisan alam, hanya orang yang bercinta kasih dengan alam yang mengetahui, bahwa mereka telah berteman.

Salam Lestari.... !
Selamatkan Bakau...!

Wanita di Kelas Alam Maitreyawira

Dipenghujung bulan kesebelas tahun duaribu enam belas, Rumah Bakau Indonesia kembali menerima para puluhan siswa siswi Smk Maitreyawira Batam, sebuah bagi kami diberikan ruang dan waktu membentuk para siswa dan siswi lebih mecintai ekosistem bakau.
Kegiatan standart berupa menanam sebanyak 600 anakan bakau dilokasi zona IV alfa Area, diikuti dengan pembibitan dan tak lupa hiburan mengelilingi wilayah alfa area dengan speed boat.

Celoteh riang yang girang terdengar dari jarak 100 meter dari shelter Rumah Bakau, membiaskan semburat gembira dari para pejuang yang masih pelajar, mematrikan bahwa ekosistem bakau, jalur lumpur, alar-akar angin para bakau merupakan area bermain dan belajar.
Bahwa rawa lumpur disela akar bakau bukan limbah yang harus dihindari, ini adalah wilayah langka yang diciptakan dengan proses ratusan bahkan ribuan tahun.
Area yang tidak kalah menariknya dari sekedar hang out bersama rekan di sebuah mall atau cafe.

Kali kedua Smk Maitreyawira melakukan kelas alam di RBI, selain kunjungan-kunjungan berupa event-event lainya untuk satu tujuan, bersahabat dengan alam, merawat alam, lalu melebur dan bercenkerama dengan niat tulus di ekosisitem pesisir.

Bahwa RBI sebagai penggagas,  memang benar kami menyiapkan segala sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan kelas alam, mulai shelter, moda trasportasi laut, perlengkapan tanam, namun itu semua tidak akan ada artinya bila seorang kepala sekolah Smk Maitreyawira tidak melakukan tindakan, dan dorongan kepedulian kepada murid-muridnya.

Ivonne Setiawati merupakan contoh wanita super yang peduli lingkungan, dengan kekuatan dan pengaruhnya dia mampu menggerakkan puluhan hingga ratusan murid-muridnya, bahwa dia mengajak peran para guru untuk mencintai alam dan memilih RBI sebagai salah satu mitra kegiatan.

Menakar bobot kepedulian lingkungan sang kepala sekolah dari kacamata aktivist, dia lebih berat dari yang kami duga. dia lebih pro lingkungan dari kepala sekolah manapun di pulau Batam. 


Bukan berarti kepala sekolah yang lainya tidak peduli, namun Ivonne memang lain, dia komit, berkontribusi, dan  laten menjalankan segala sesuatu yang telah kami rencanakan, demi sebuah keberpihaka akan alam. dan  melaksanakannya tanpa embel-embel uang, penghargaan atau bentuk lain yang dapat mengotori niat kepeduliannya

Kemampuannya melebihi apa yang kami harapkan, bagaimana dia bisa mengajak peran pihak dari luar lingkungan Smk yang dibawah naungannya, merupakan trik dan kemampuan dari figur yang sulit kami duga dan dia berhasil. 
Mulai dosen teknik lingkungan, mengajak ketua forum guru-guru geografi sekota Batam, merencanakan tanam 40 ribu bakau pada hari bumi 2017, pengolahan kompos dan lain-lain.
Jika seluruh kepala sekolah diseluruh Pulau Batam dan Indonesia umumnya, punya niat dan kemauan, sememangnya tidak akan ada wilayah bakau yang rusak parah, pemerintah akan segan akan kepedulian mereka, pemerintah tentunya lebih hormat dan mau mendengar kata-kata guru yang peduli lingkungan. dari pada kata-kata para pencibir berteriak namun tangannya terlipat bersih.



Salam lestari.....!
Selamatkan Bakau,,,!





Sabtu, 05 November 2016

Menakar Peduli Para Pejuang Lingkungan

Batam 5 Nov 2016, Memasuki penghujung tahun 2016 shelter Rumah Bakau Indonesia yang terletak di Tg Piayu Kota Batam terlihat intesitas kegiatan semangkin tinggi, bahwa kami RBI terus melakukan kegiatan-kegiatan baik secara tertutup maupun terbuka.
Kegiatan menyulam bakau diwilayah keritis terus diadakan hari demi hari dengan mengandalkan teman-teman aktivist dalam tim kecil.

Kami Merayap Teman

Tim kecil yang efektif terus memindahkan anakan bakau dari pembibitan ke lokasi tanam, lalu melakukan pembibitan baru secara priodik sesuai kapasitas.
Hal ini dilakukan mengantisipasi medan tanam serta faktor pasang surut air laut, bahwa saat surut dan pasang surut air laut terus berganti, sehingga disusun kegiatan tanam saat surut siang hari sesuai kelender Pasut (pasang Surut), sedangkan malam hari penanaman tentunya sangat kami hindari.

Pada kegiatan terbuka, dengan melibatkan banyak orang serta organisasi kami laksanakan secara priodik dengan susunan kegiatan yang matang.
Bagi aktivist rumah bakau tamu undangan adalah segalanya bagi kami, memuliakan mereka dengan menyiapkan segala sesuatu untuk menyamankan mereka adalah prioritas bagi kami.
Kami Muliakan Para Tamu
Namun alam berkehendak lain saat itensitas hujan yang tinggi pada bulan November membuat akses jalan kelokasi RBI menjadi licin berlumpur, begitu juga dengan lokasi shelter RBI.

Hampir 200 orang manusia yang terlibat dalam rangka hari Puspa dan Satwa Nasional 2016 terus melangkah tapak demi tapak menyusuri medan berlumpur yang licin, motor tergelincir dan jatuh, mobil bergerak seperti kelinci di es beku, hanya kendaraan dengan gardan ganda yang mampu secara stabil mencapai lokasi RBI, selain itu, harus berpikir ekstra hati-hati.

Kami telah melihat dan menyaksikan, bagaimana mereka bersemangat dan tidak membatalkan niat, para peserta dan tamu undangan tidak surut walau setapak, tidak terdengar telepon nyinyir yang minta dijemput, atau wajah berkerut, malahan ada seorang wanita dengan wajah begitu gembira menggambarkan perjalanannya menggunakan motor metik, ini sungguh luar biasa.
Terlihat jelas bahwa undangan para Bakau untuk mempertahankan keberadaan mereka begitu dalam dan berkesan dihati para pejuang.
Edukasi Bakau Sebelum Kegiatan

Bahwa kami begitu gembiranya menyambut mereka, bahwa kami juga merasakan mereka bangga akan keberadaan kami, bahwa mereka manusia-manusia yang cuma berkepentingan demi kelestarian alam, Salam Lestaree !!!

Rabu, 26 Oktober 2016

Menetapkan Langkah Sebagai Pecinta Bakau

Batam, 26 Oktober 2016, Sebagai aktivist Rumah Bakau Indonesia kami beberapa orang teman terus berupaya melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ekosistem Bakau, mencari jalan agar penguatan ekosistem bakau terus dilaksanakan secara pakem sesuai dengan undang-undan negara Indonesia yang mengatur.

Namun kali ini penulis tidak membahas peraturan Undang-undang, atau apa yang dilakukan negara untuk menyelamatkan sisa ekosistem bakau, karena nyanyian kami sering dimanfaatkan para predator oppurtunist, untuk mengeruk keuntungan atas bersalahnya seseorang atau lembaga atas kegiatan ilegal .

Edu Fair Maiteryawira 2016
Kami lebih cenderung berbuat demi sebuah penyelamatan dengan membangun sumberdaya manusia, yang menumbuh kembangkan rasa cinta dan peduli, yang melakukan pengorbanan waktu, tenaga serta kapital untuk penyelamatan ekosistem bakau yang sekarat.

Rumah Bakau Indonesia menggandeng kepala sekolah dan yayasan pendidikan agar kami diberi ruang untuk memperesentasikan pentignya ekosistem Bakau bagi kepentingan manusia, dan ini ternyata disambut baik oleh salah satu Smk dibawah yayasan Pancaran Maitreyawira, sehingga kegiatan-kegiatan pemulihan lingkungan disupport oleh mereka.

Dimulai dari penanaman, kemudian dilakukan lomba photo mengenai Bakau tingkat pelajar sekota Batam, Lomba photography dengan target, bahwa photo-yang dihasilkan dapat tersebar luas keseluruh kalangan, minimal setiap sekolah yang berlomba dapat menyebarluaskan kegiatan ini, sedangkan perlombaan pembuatan website Rumah Bakau Indonesia sepenuhnya keinginan kami karena kami ingin melihat RBI dan ekosistem bakau dilihat oleh sudut pandang para pemuda-pemuda, yang belum terkontaminasi pikiran jahat terhadap pengerusakan ekosistem bakau,  kami ingin melihat style para pemuda dalam membuat website RBI, bukan menurut kami.

Mangrove Planting
Diundangnya RBI untuk mengisi kegiatan pameran sempena Hari Sumpah Pemuda yang dilaksanakan Yayasan Pancaran Maitreyawira tentunya tidak kami sia- siakan , sebuah ajang uji coba bagi RBI, Dukungan Batam sebagai kota MICE tentunya sangat tepat bagi kami dan kita menyambut undangan ini, agar menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi Rumah Bakau serta aktivist yang ada, supaya kegiatan ini berlangsung sesuai dengan target, kami menunjuk personel yang berkopeten digawangi budayawan RBI "Sang Paramora" Hendrik Hermawan dan dibantu tim yang bekerja dibelakang layar, mempersiapkan segala sesuatu agar kegiatan ini menjadi sukses.

Mengapa event event ini sangat penting bagi kami , hal ini sebagai uji coba untuk langkah kedepan, bahwa akan ada event besar kelas international yang akan kami ikuti,  dalam event itu  akan kami jelaskan kepada para pengunjung dan calon founding, tentang pentingnya ekosistem bakau bagi kehidupan manusia, ekosistem yang semangkin parau terdengar tenggelam hiruk pikuknya pembangunan serta masuknya eksploitasi sektor bakau dalam skala industri.

Perlu langkah kampanye secara berkesinambungan dalam kurun waktu satu sampai tiga tahun, selain kampanye yang dikombinasikan dengan informasi digital secara luas,  kegiatan ini diberi nama " Teroka Bakau Indonesia".
Go Green 
Expedisi akan dilakukan selama 1 (satu) tahun dengan target mengunjungi wilayah pesisir dan pengambilan photo semua jenis bakau didaerah Kepri dan Pulau Sumatera, dalam ekspedisi ini tentunya mengajak peran serta masayarakat pesisir dalam melakukan penanaman bakau, serta pentingnya menjaga kelestarian didaerah yang memang dialokasikan untuk wilayah sabuk hijau Bakau.

Tim Ekspedisi "Teroka Bakau" nantinya di isi oleh Penjelajah  Alam Kepri, utusan para lembaga /perusahaan yang berkomitmen. perwakilan pelajar, penulis dan tak lupa para Barista yang akan meracik kopi para pejuang lingkungan , diracik dari dapur Yacht Teroka Mangrove" Tim yang terlibat nantinya diganti secara rutin, bila telah sampai pada tahapan-tahapan tertentu lalu diganti dengan tim yang baru dengan komposisi yang sama.

Target pencapaian harus terukur dan ditulis dalam jurnal yang nantinya menjadi tolak ukur kegiatan-kegiatan sejenis, terukur dalam jumlah mil perjalanan, jumlah manusia yang dikampanyekan, jumlah bakau yang ditanam, serta dokumen berupa gambar-gambar bakau yang masih banyak dan langka, serta terakhir adalah pembaharuan peta digital mengenai wilayah Bakau.

Sebagian orang tentunya akan bersikap mencibir dengan kegiatan ini, mereka yang disponsori para puak penghancur ekosistem tentunya bukan tantangan bagi kami, yang menjadi tantangan adalah secepat apa kita dapat mewujudkan kegiatan "Teroka Bakau" menjadi sebuah fakta, bukan sekedar angan.





Minggu, 09 Oktober 2016

Sang Penjelajah Berbagi Ilmu

Batam, Tg Piayu 9 Oktober 2016. Rumah Bakau Indonesia terus bergerak mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Restorasi Edukasi dan Pembibitan Bakau. kegiatan skala besar, meliputi hari sumpah pemuda, pameran, hari fauna dan Puspa saka kalpataru, dan hari Bumi 2017 merupakan agenda yang telah tersusun rapi standart aktivist lingkungan RBI.


Perlu persiapan yang matang dan rapih terutama kesiapan pembibitan yang telah mencapai 100 ribu anakan siap tanam hasil dari dua Nursery RBI dan Bakau Merah Nursery di pulau cicir Batam.
Selanjutnya kami juga terus melapis sumber daya manusia dari sisi generasi muda yang masih fresh untuk tampil didepan serta berkoloborasi dengan generasi senior yang nampaknya sudah mulai disibukkan dengan urusan-urusan yang semangkin komplex.

Saat kami merasa sangat percaya diri, bahwa kami mampu dan bisa melaksanakan agenda yang disusun oleh para ativist, kami dikunjungi para Penjelajah Alam Kepri (Pari) dan perwakilan OI, disini kami melihat banyak manusia sejenis RBI dengan kemampuan diatas rata-rata, 

Saat kami cukup bangga memiliki Team Mangrove Explorer yang mampu menanam ditempat yang paling sulit, ternyata PARI telah melakukan jauh lebuh banyak dan lebih sulit dari medan yang ada.
Membayangkan mereka menggendong anak-anak mereka, menuntun dan berlumpur diwilayah tanam RBI, Membuat kami merasa menjadi kecil, kami malu dengan anak sekecil itu telah bermain dengan anakan Bakau.

Sisi lain satu lembaga bernama Budaya Mangrove Batam, yang berkoloborasi dengan PARI memberikan kami buku setebal ratusan halaman yang berisi hampir lengkap, mengenai jenis-jenis Bakau yang ada di Asia. Kategori lengkap termasuk photo dan mulai dari akar, daun batang sampai buah, bahasa latin, Inggris dan bahasa daerah setempat. dicetak dengan bahan deluxe serta photo resolusi tinggi. dan disusun oleh ahli dengan kompetensi yang sesuai serta meneliti Bakau selama beberapa dekade.

Ini yang membuat bahwa kami tidak lebih pintar dan tahu dari mereka yang berkunjung, namun yang penting kami cepat memahami, begitu pentingnya orang-orang ini untuk Batam dan Indonesia kedepan.
Kami memahami mereka lebih banyak mempunyai simpul-simpul yang berkoloborasi dengan peneliti, ahli biology strata Doktor dan Profesor.

Namu kami tidak merasa dikecilkan oleh mereka, kami terus disemangati dari segala sisi bahwa yang telah dilakukan selama ini telah benar, hanya perlu penyesuaian, untuk itu kami telah memberikan wild card untuk PARI melakukan aktifitas di shelter RBI, bila perlu kita bangun satu shelter untuk mereka, sebagai salah satu pusat kegiatan mereka dari pusat-pusat kegiatan yang mereka miliki. intinya kami perlu donor pengalaman dari mereka sehingga bisa melakukan penyelamatan lingkungan Bakau lebih mantap
Salam Lestareeeeee...... Selamatkan Bakau  (RBI 001)

Kamis, 01 September 2016

Danau Toba Milik Kita

Batam 2 September 2016, Perjalanan panjang kami sebagai penggiat lingkungan tentunya bukan sebagai perjalanan biasa yang mengalir.
Bahawa diperlukan sebuah konsisitensi yang terjaga dengan pola tujuan dasar-dasar sebagai penggiat lingkungan. 
Dasar dari seorang atau kelompok atau komunitas penggiat lingkungan adalah keberanian, berani berbuat jujur, berani mengorbankan waktu, berani mengorbankan pendapatannya hanya untuk lingkungan.

Sebagai aktivist tentunya kami mengadakan pertemuan-pertemuan informal antara sesama aktivist,  mengetahui kegiatan-kegitan mereka dan langkah-langkah mereka kedepan serta hambatan yang diterima. Ternyata kami punya visi yang sama bahwa kami menikmati alam yang hijau tanpa eksploitasi.
Berdasarkan komunikasi dan tinjauan langsung kelapangan, jangankan mengikuti perjuangan-perjuangan teman-teman di Sumut, membayangkannya saja ikut terenyuh, 
Memang setiap perjuangan terbagi berbagai tingkatan, menikung, sok paten, frontal sampai ada yang mengembalikan Kalpataru, namun ini adalah simphoni, irama yang bertujuan untuk kelestarian alam

Untuk danau Toba yang sudah menjadi salah satu destinasi wisata dunia, namun penanganan lingkungannya menjadi salah kaprah. Bagaimana tidak, eksploitasi hutan disekitar danau Toba untuk bahan baku kertas, mengakibatkan releng bukit dan gunung menjadi gundul, mengikis unsur tanah saat hujan, mengakibatkan longsor, sendimen lumpur memasuki Danau toba mengakibatkan kekeruhan, sisi lain eksploitasi air danau untuk peternakan ikan secara besar-besaran, hingga terjadi penumpukan sisa pakan mengendap sedikit demi sedikit, didasar Danau, belum lagi penggunaan pestisida yang amburadul demi mengejar produksi yang semangkin hari semangkin tinggi tingkat penggunaanya, bagaimana mungkin multi fungsi eksploitasi Danau Toba dapat disenergykan dengan pariwisata.

Memang alam diciptakan untuk dimanfaatkan, ya kami setuju sekali namun bukan dimanfaatkan segelintir orang dengan dampak kerusakan yang begitu besar. Pemerintah dalam hal ini harus cerdas, Presiden telah menanam pohon namun sisi lain diijinkan untuk menebang pohon, pemerintah melarang membuang sampah kedanau namun perusahaan terbesar dan kecil yang bergerak dibidang perikanan di Danau toba, menggelontorkan pakan ternak langsung kekeramba mereka, yang pasti sedikitnya 2% sampai 3% dari ratusan ton pakan setiap hari, pasti mengendap didasar danau, kotoran ikan yang diternakkan secara masal tentunya jauh lebih banyak lagi dari sisa pakan, apa mungkin ikan dipelihara PT Aquafarm dipasangi popok, tentunya tidak.

Diskusi aksi penyelamatan RBI-Akar Bhumi Indonesia
Sudahlah kita harus memilih mau pariwisata, perkebunan/pertanian, peternakan, Pulp&paper, tidak usah tamak, karena tamak ini adalah bom waktu untuk generasi. Siti Nurbaya pimpinan tertinggi Kementerian lingkungan Hidup dan Kehutanan RI harus bertanggung jawab, terhadap lemahnya penanganan lingkungan di Danau Toba,  jangan lagi berkilah ini otoritas pemerintah daerah, Bupati, Gubernur, 

Aktivist saja mampu mengembalikan penghargaan Kalpataru karena punya beban moral, karena tidak bisa bersuara, atau suara mereka tidak didengar pemerintah, mengapa anda seorang menteri yang ditunjuk sebagai orang terdepan dibidang lingkungan dan kehutanan tidak mau berbuat, apakah kami hanya sebagai musuh tentunya tidak, kami aktivist adalah sahabat anda sahabat yang harus didengar dan ditindak lanjuti. Apakah kami harus mundur dari kegiatan kami, tentunya tidak, karena kami adalah panggilan jiwa, kalau pun kami tidak menjadi aktivist itupun karena jiwa telah berpisah dengan raga kami, sungguh kalau lah ini sebuah pekerjaan, tentunya kami sudah mundur menjadi aktivist.

Apakah perlu kami bisikkan sebuah kata ditelinga, yang mampu membuat anda shock atau bergetar, dan kata ini belum pernah dibisikkan sekalipun ketelinga bu menteri, hanya green warrior yang tahu akan bisikan kami.


Minggu, 28 Februari 2016

Menyulam Bakau Terkoyak

Tg Piayu-Batam 29 Feb 2016- Beraktifitas di Rumah Bakau Indonesia (RBI) merupakan sebuah keharusan dan keseharian beberapa aktivist lingkungan dari selat Bulang Monitoring, Baik hanya sekedar memancing, sampai membuat keramba indukan kepiting bakau.
Kehidupan di Rumah Bakau Indonesia (RBI) seakan tidak pernah terhenti, apalagi membahas tentang Bakau, Sebagai aktivist kami harus aktif dalam berkarya, minimal melakukan rencana yang tertuang dalam bentuk digital, dengan catatan,  rencana tersebut dapat kami wujudkan nantinya.
Aktivsit menyulam ulang bakau

Seiring waktu berjalan wilayah hutan bakau seluas  + 250 ha tempat shelter Rumah Bakau Indonesia (RBI) berdiri  semangkin hari semangkin menyusut, secara fisik tidak terlalu nampak seperti perubahan lahan bakau menjadi perumahan, atau indusrtri, tetapi cenderung terkoyak-koyak dibanyak tempat.

Kami menilai ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan Bakau di wilayah Tg Piayu Batam. Faktor dapur arang yang masih bayak beroperasi, disekitaran Pulau Batam,  faktor penggunaan kayu bakau sebagai alat tangkap ikan, dan faktor pembangunan ruko-ruko yang masih menggunakan batang pohon Bakau sebagai penyangga pengecoran lantai.

Faktor Perusak Bakau
Para pengumpul arang kayu menggunakan masyarakat kecil sebagai pabrik-  pabrik arang mereka, mengguinakan masyarakat lokal dengan dalil mencari makan membuat para pengumpul yang dulu mempunyai dapur arang kapasitas besar, terbebas dari praktik pembakaran kayu bakau. terbebas dari perasan oknum-oknum mengatas namakan tokoh masyarakat, Aparat pemerintah, LSM, Wartawan dll.
Kapasitas dapur yang hanya 300 kg dalam waktu dua minggu seakan menutupi bahwa mereka hanya sekedar mengganjal perut tetapi dapur arang seperti ini puluhan banyaknya. 
Satu dapur kecil dengan kapasitas 300 Kg arang jadi, dibutuhkan  sekitar 1 ton kayu bakau. per dua minggu, atau dibutuhkan 170 s/d 200 batang kayu bakau dengan ukuran diameter 3-4 inci atau yang berumur 4-5 tahun.bisa dikatakan mereka menebangi kayu bakau secara tebang pilih sebanyak 200 X 24 Minggu = 4,800 pohon bakau dalam setahun, bila dikonversikan dengan luas maka mereka merambah hutan bakau seluas 1 ha pertahun.

Kelong selayaknya berizin

Dipulau Batam ada jenis alat tangkap tangkap tradisinal  yang bernama Kelong, dimana kelong terdiri dari susunan kayu-kayu bakau yang dipasangi jaring sehingga ikan yang memasuki kelong tersebut akan terperangkap oleh bubu yang terletak di kepala kelong.
Terdapat ribuan kelong yang ada di pulau Batam dan sekitarnya. ini juga menjadi salah satu faktor kerusakan Bakau.

Dibutuhkan kurang lebih 300 batang bakau ukuran diameter 2-3 inci untuk membangun sebuah kelong, dan ini akan hancur dengan sendirinya dimakan usia dalam satu tahun.
Kelong ini selalu diperbaiki setiap tahunnya  saat memasuki musim Ikan Dingkis pada awal February, dimana ikan ini berdaya jual yang tinggi di Singapura dan Batam.

Yang tidak kalah pentingnya dalam menghancurkan Bakau adalah pembangunan, ruko-ruko, karena masih banyak terjadi pemakaian Batang Bakau ukuran diameter 3-4 inci keatas untuk penyangga satu komplek bangunan dengan pembangunan 20 unit dibutuhkan 400 batang bakau setiap unitnya  atau dengan kata lain mereka memerlukan batang bakau sebayak 8,000 batang bakau per 20 unit.

Bakau yang lurus diambil, Benkok tunggu waktu pembakaran

Terkoyak  tidak terjahit.
Bila kita memahami kondisi yang sedang terjadi terhadap kerusakan ekosiitim hutan Bakau, adalah suatu hal yang mustahil dapat diperbaiki dalam mendapatkan jumlah ideal mangrove primer ukuran 5 inci keatas. bila kita ibaratkan hutan mangrove yang ada seperti bendera raksasa, yang tersayat-sayat dengan ribuan koyak.
Sedangkan kita hanya menggunakan jarum jahit, yang hanya mampu menambal mili-permili koyakan tersebut.
Membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai bakau ukuran dimeter 3 - 4 inci, makanya kita sebut mustahil di perbaiki, bila tidak ada keinginan dari semua pihak, banyak aturan yang melarang penebangan bakau, tetapi sedikit sekali manusia yang bisa menjalankan aturan tersebut.
 
Menurut pandangan kami dalam kurun waktu satu dekade belakangan, saat masih gencar menanam bakau- masayarakat dan pemerintah hanya mampu menanam + 100 ribu pohon bakau, atau 10 ribu bakau dalam satu tahunnya.
Jumlah yang jauh dari sebuah kata ideal, dimana setiap tahunnya. 1-2 juta pohon bakau ukuran 2-3-4 inci musnah.

Langkah Terpadu Penyelamatan Mangrove
Penulis sebetulnya sangat paham langkah-langkah yang harus diambil, dalam menjaga ideal komposisi hutan bakau sebuah daerah apalagi untuk kota Batam.
Tetapi penulis mengambil sebuah analisa yang dilakukan oleh kebanyakan manusia yang ada di Batam,
Kita seakan memalingkan wajah, mengabaikan sebuah kehancuran yang sedang dan terus terjadi terhadap kerusakan hutan Bakau.


Diperlukan Lima Tahun untuk mencapai bakau diameter 3 Inci
Kita coba meringankan rasa miris terhadap kerusakan yang terjadi, monyet bakau yang dahulunya bergelimang makanan terhadap buah bakau melakukan diet ketat atau menjarah kebun-kebun yang ada.
kaum menengah kebawah tidak sanggup membeli mahalnya kepiting bakau dan udang yang segar penghuni hutan mangrove.
Kita melupakan bahwa hembusan angin kencang memporak porandakan rumah-rumah akibat penghalang angin berupa pohon bakau ditebangi. kita hanya menganggap ini musibah dari sang pencipta.
Perlu waktu 

Dikota kepulauan kita bisa merasakan panas meningkat, angin yang berhembus semangkin panas, akibat hutan bakau menipis tidak bisa menghasilkan oksigen, kita melompati detak hati saat anak sekolah dasar bahwa pohon menghasilkan oksigen murni.

Kita melupakan menafikan dan risih mencibir para relawan hutan bakau, saat mereka bersuara parau mengatakan pentingnya hutan bakau lengkap dengan ekosisitimnya, padahal bila kita mendalami tanpa perlu bersikap apriori, bahwa suara parau dan fals mereka merupakan syair impian akan sebuah firdaus yang telah kita rusak (Rizaldy Ananda)