Rabu, 30 April 2014

Rumah Bakau

Rumah Mangrove

Pusat kegiatan aktivis tanam 100 ribu mangrove

Pulau Labu, Batam 28 April 2014, Menindak lanjuti kerangka kerja  Tanam 100 ribu mangrove tahun 2014-2015, yang di gawangi Lembaga Kajian Alam lingkungan Kepri saudara Ery Setiawan, tentang perlunya melakukan pembangunan lanjutan Rumah singgah untuk para Aktivist, sekaligus sebagi pusat pembibitan Mangrove untuk wilayah Batam, dalam kerangka penanaman 100 ribu mangrove di Busung Tg Perepat dan sei Langkai.
Rumah yang dibangun berjarak 50 meter dari tepi bibir laut, dengan tipe panggung ukuran 5X7 meter. Disekeliling rumah yang merupakan halaman pasang surut, dimana saat surut akan kering dan pasang akan tenggelam, kami dedikasikan untuk melakukan pembibitan mangrove sebanyak 25 ribu bibt yang kami semai dalam polibeg.

Rumah Bakau 80%
Suasana Hutan Mangrove Untuk Rumah bakau
Lingkungan sekitar berupa 12 ha hutan bakau tetap kami pertahankan agar bakau-bakau yang ada tetap terjaga. Masyarakat juga akan segan bila bakau mereka tebang karena kami dapat memantaunya.
Akses menuju rumah dapat dilakukan dari darat pulau labu menyusuri jalan setapak atau langsung merapatkan boat diujung jetty yang pembangunan menunggu bahan baku tambahan berupa papan untuk lantai jembatan. 
Jetty dibangun menggunakan tongkat kayu seukuran paha orang dewasa sebanyak 60 batang, tonkat kayu ini kemudian ditancapkan ke dasar pantai, hingga membentuk seperti jembatan. Bila Jetty atau pelantar ini telah siap dibangun, maka ujung pelantar yang tepat berdiri ditepi bibir laut mempunyai dua fungsi, pertama sebagai tempat naik turun para aktifist yang mengakses langsung rumah bakau tanpa perlu menggunakan dermaga umum masyarakat pulau labu.
Tiang Pancang Jetty/pelantar
Kedua sebagai sarana relaxasi bagi para aktivist dan sosialisasi kepada masyarakat sekitaran, karena diujung pelantar merupakan tempat yang cocok untuk bersantai sambil memancing ikan,  menghirup udara laut, serta menyeruput kopi panas disore hari.
 Pembangunan dilakukan beberapa orang relawan yang kami rekrut berasal dari penduduk pulau Labu. Awang Congkang diserahi tugas tanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan, mengambil langkah-langkah yang cepat, memesan bahan pembangunan, tongkat kayu pelantar, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Rumah singgah dan pusat pembibitan mangrove di Pulau labu.
Kedepannya rumah ini akan mejadi pusat kegiatan penanaman bakau yang akan dilakukan oleh Selat Bulang Monitoring untuk wilayah pulau Batam, untuk itu kami tidak menyiapkan bangunan fisiknya saja, tetapi kelengkapan pendukung juga kami perhatikan, berupa air bersih dan sumber daya Listrik. untuk listrik kami telah menyiapkan panel sinar surya serta equipment pendukung untuk konsumsi 4 (empat) amper untuk 24 jam pemakaian.

Pembiayaan rendah untuk fasilitas listrik
Halaman Belakang
Panel surya yang akan dipasang sebenarnya hanya untuk pemakaian 1 (satu) amper dan  dapat digunakan selama 8 jam, tetapi dengan keahlian Angles Tamba (Boy) salah seorang aktivist Lakri yang bekerja sebagai Foreman  disalah satu galangan kapal, dia mempersiapkan rangkaian-rangkaian sederhana hingg panel ini mampu melakukang pengisian arus listrik ke bateray 100 ampere sebanyak 8 (delapan) unit.
Mengapa kami perlu listrik yang besar, karena ini digunakan untuk menghidupkan pompa sirkulasi yang akan kami pasang dalam bak air asin tempat pembudidayaan kepiting bakau yang selama ini terbengkalai.

Pembibitan Kepiting Bakau Sejalan Dengan Rumah Bakau

Pembibitan kepiting bakau juga merupakan prioritas dari rumah bakau yang kami dirikan, hal ini telah dirintis 4 (empat) tahun yang lalu, tetapi mandek karena aktivist yang menggawangi proyek ini masuk penjara. Masuk penjara karena dituduh sebagai provokator karena sebagian nelayan Batam mengamuk kekantor salah satu induk organisasi nelayan, lalu mereka membakar dan kantor tersebut. (lihat http://cishaindonesia.blogspot.com )

Sabtu, 19 April 2014

Sumber Pembiayaan Aktivist

Bantuan Tepat Sasaran


Fanindo Batu Aji, 19 April 2014. Para aktivist yang sedang membicarakan tanam 100 ribu mangrove di sebuah kedai kopi dikawasan Fanindo, stack dengan kedatangan seorang yang bernama Riadi. Pandangan teman-teman aktivist spontan mengarah ketubuh gempal dengan wajah mengumbar senyum. Kedatangannya untuk menjumpai rekan sejawat yang kebetulan duduk tak jauh dari para aktivist kumpul, maaf bang ungkapnya ketemu rakan dulu sebelum duduk kemeja kami.
Bantu Gak Pake Lama

Hampir seluruh pentolan Selat Bulang Monitoring mengenal sosok gempal berumur 30 tahunan ini, menjabat dilevel supervisor di salah satu industri galangan kapal, karena aktivitas kami lebih banyak melakukan meeting kecil dikedai kopi yang kami anggap cukup reseprentatif, tempat ini juga menjadi meet point beberapa relasi kerja sosok Riadi, tidak jarang dia selalu duduk satu meja dengan kami dan akhirnya membayar semua tagihan makanan dan minuman yang kami konsumsi, cukup besar bagi kami para aktivist.
Saat Riadi duduk dengan kami pasca menjumpai kliennya, kembali obrolan ringan-mengalir karena kami mempunyai topik baru begitu melihat mukanya. Topik mengenai lahan yang berada didepan yard dia bekerja, ukuran 10 X 8 Meter yang rencananya akan kami jadikan stasion penanaman 1,500 pohon mahoni yang akan ditanam dijalan kompleks tempat dia bekerja.
Bang! aku minta bibit mangrove, aku mau tanam dekat busung yang ada di Teluk Marina. kami pikir dia bercanda tapi wajahnya menyiratkan sebuah keseriusan, namun bagi penulis mencerna bahwa dia telah mengalihkan pembicaraan karena stasion tersebut belum juga siap dibuatnya.
Bibit bakau ada Di ! ungkap Ery ketua Lsm Lakri, akan kami kirim begitu kau siap melakukan survei titik di teluk Marina, tapi bantu kami polybag 20 kg.
  Oke Bang ini aku bantu polybag 20 Kg ( 6000 pcs), lalu dia mengontak rekan kerja nya untuk membelikan Polibag untuk bibit mangrove, tak butuh waktu lama satu goni beras ukuran 50 kg yang berisi polybag + 6,000 pcs telah berada dekat kami yang dibawa anggotanya.
  Sebuah aksi spontan bagi type pekerja yang cinta lingkungan, tanpa maksud mengecilkan para donatur yang lain, sosok seperti ini yang perlu kami cari lebih banyak, spontan gak pake lama. (red-001) 


Minggu, 13 April 2014

Operasi Cegah Tambang Ilegal

Operasi Cegah Kerusakan Lingkungan
Tambang Ilegal Pasir Darat Tg Piauyu

Sei langkai, Batam April 2014. Kegiatan ini sepertinya sudah cukup lama berselang yaitu pada Bulan Maret 2014 tetapi penulis baru dapat menuliskannya sekarang. Mengapa demikian tentunya ada alasan yaitu selain kegiatan pembibitan Mangrove tahap kedua Di Pulau Cicir yang cukup menyita waktu,  selain itu photo
Ka Bapedal Ikut Memeriksa KTP Diduga Terlibat Tambang Ilegal
kegiatan tentang operasi cegah kerusakan lingkungan di tg Piayu juga baru kami dapatkan dikarenakan salah satu aktivist kami membawa kamera digital yang berisi data gambar kegiatan, berangkat ke Medan untuk mengikuti acara Sembahyang Arwah, bisa dimaklumi istrinya keturunan Tionghoa.
Mesin 9700 cc alat kerja tambang Ilegal

Pada saat operasi di tg Piayu pada tanggal 27 Maret 2014, kami lebih dibebankan oleh pihak Bapedal
Perlu kami informasikan bahwa lokasi Tg Piayu berjarak + 25 km dari kantor Bapedal yang berada di Batam center, sedangkan jalan alternatif menuju lokasi tersebut tidak ada. Dengan waktu +30 menit tentunya operasi tambang pasir itu bisa steril dari alat berat serta pompa instalasi, maupun operator pelaksana apalagi cukong tentunya akan menyelamatkan diri.

Pasca operasi pengangkutan 4 unit exavator yang berad diwilayah tembesi pada tgl 20 maret 2014, secara tertutup Dendi Purnomo meminta kami untuk kembali aktif membantu kegiatan cegah lingkungan, karena sesuai dengan rancang bangun LSM Lakri yang meletakkan flatform pengghentian tambang ilegal di Kepri sekaligus kegiatan tanam 100 ribu mangrove.
Kami diminta untuk melakukan monitoring, pemetaan lokasi, sampai kemana alat berat itu disembunyikan bila ada operasi yang selalu bopong alias ketahuan.

Untuk melakukan Operasi tangkap tangan terhadap penanggung jawab kegiatan di lokasi tambang
Aktivis Bergerak
penggalian pasir darat. Sebagai aktivist tentunya  ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, aparat saja seperti pegawai Bapedal tidak mempunyai gambaran yang jelas yang mana wajah cukongnya, seperti apa kegiatannya, karena operasi yang mereka jalan kan selalu bocor dan tidak menemukan apapun di lokasi.

Target Masuk Bubu
Tugas diatas kami serahkan kepada Lsm Berseri saudara Undana untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, tetapi tidak menghentikan tugas monitoring terhadap wilayah tembesi pada operasi pertama.
Dari data dan fakta yang ada dilapangan, dilaporkan Br inisial pengelola merasa percaya diri, karena tidak tersentuh, dia juga mengundang para pemilik truk pasir untuk mengambil pasir di lokasinya, dengan mengatakan kalau Bapedal masih konsentrasi di wilayah Tembesi.
Dalam kurun waktu 6 hari, laporan yang masuk menyatakan aktifitas tambang pasir di Tg Piayu semangkin meningkat malahan pada hari ke 6 pemantaua, terlihat pengelola mengganti mesin pompa air diganti dengan CC yang cesar yaitu 9700 cc delapan piston dengan diameter pipa hisap 8".

Hari Operasi
Ka Bapedal memutuskan pada hari kamis tgl 27 Maret 2014 melakukan operasi tahap II pukul delapan pagi surat koordinasi dikirimkan ke instansi terkait, Drektorat Pengamanan BP kawasan, Satpol Pamong Praja, juga Kepada Den Sub Polisi Militer,yang selama ini sangat aktif bekerja sama dengan Bapedal.
Informasi bocor kewilayah Tembesi pantauan aktivist yang bertugas disana mengatakan wilayah Tembesi tiba-tiba sepi dari aktifitas dari penambang yang masih membandel, tetapi wilayah Tg Piayu masih operasi hanya saja para supir truk yang mengantri keluar dari lokasi dengan muatan kosong kearah Pasar pancur, dan yang pasti Br sebagai Pengelola masih dilokasi dan terlihat percaya diri dengan memerintahkan operator Exavator bekerja meruntuhkan tebing pasir, lalu disemprot dengan air untuk memisahkan pasir dengan tanah.
Saat Tim Bapedal memasuki lokasi tambang, langsung menghentikan kegiatan, dan mengamankan Br beserta seluruh anggota pekerja , dilokasi juga diangkut 3 unit exavator sk 07, dan saat penggeledahan didapat catatan aliran dana, dan  data kubikasi pasir yang di jual. (Red 001)

Aktivist Buka-bukaan

Antara Tanggung Jawab dan Pekerjaan
Tanam Mangrove 100 Ribu 2014-2015

Batam, Sei langkai April 2014. "Break the limit" sering sekali kita melihat iklan maupun tayangan media televisi, berbagai macam presepsi terbenam dalam pikiran orang yang mengartikan, ada yang mengartikan keluar dari rutinitas yang monoton, tetapi bagi kami para aktivist merasakan Break the limit adalah mendobrak kegiatan lingkungan yang selama ini hibernasi menjadi aktif dan ada progres secara nyata.

Kegiatan lingkungan khususnya dibidang pemulihan sepertinya mati suridan mengharapkan generasi yang akan datang untuk menghidupkan kembali, tetapi itu semua tindakan konyol, membebani generasi yang akan
Aktivist Mengarahkan Juru Mudi Ke Lokasi Tanam Bakau

Monitoring Mangrove
datang padahal sekarang pun bisa kita lakukan.
'Break The Limit" merupakan sebuah jargon positif memicu semangat kami agar lebih berkarya dibidang pemulihan lingkungan serta  memperlambat kerusakan yang ditimbulkan oleh dampak pembangunan.

Pembagian tugas dan tanggung jawab pun dibentuk, teman-teman Lembaga Kajian Alam lingkungan Kepri (LAKRI) diminta membuat sebuah master plan untuk mengarahkan kegiatan teman-teman agar lebih teratur, karena selama ini masih bersifat situasional. Sehingga kami mempercayakan hal ini untuk ditelaah dan di buat Rancangan Kerja Strategis dalam kurun 1, 3 dan 5 tahun kedepan.

Efek Negatif Timbul.
Racangan kerja strategis yang diusulkan hampir semuaya positif dan berskala besar salah satunya adalah kegiatan Tanam 100 ribu mangrove 2014-2015, sedangkan agenda kedua adalah penghentian Tambang liar yang merusak lingkungan Kepri demi kepentingan segelintir orang
Rancangan besar tentunya ada rancangan pendukung, khususnya Progran tanam 100 ribu mangrove perlu dibuat sebuah flatform yang jelas, seperti ketersedian bibit bakau, wilayah tanam, pendanaan dan lain sebagainya.
Cisha Indonesia merupakan Lsm yang diserahkan kepercayaan untuk menjalankan semua program yang telah diputuskan bersama demi sebuah kata Break Hibernasi Lingkungan, sulit tentu tidak, kendala pasti ada.
Salah satunya para aktivist harus fokus dan bekerja sesuai dengan rule of the game.

Satu sisi para aktivist perlu makan dan menghidupi keluarganya, sedangkan pendanaan lebih menitik beratkan kepada program dari pada kehidupan pribadi seorang aktivist. Aktivist yang kelaparan tentunya akan terganggu kegiatannya, apalagi ada isu miring aktivist hidup dari organisasinya.Padahal dia harus melaksanakan program yang dananya dihimpun oleh donatur-donatur.
Tidak kami pungkiri hal itu terjadi, dan bila itu terjadi maka organisasinya akan sangat sulit berkebang, sehingga rencana untuk kegiatan-kegiatannya juga akan terkendala.
Maka perlu dilakukan sebuah langkah-langkah yang strategis, dari pada kita bersaing saling menyatakan kita yang terbaik, maka lebih baik kita merger atau bergabung.

Apakah Kalian Tahu Apa yang kami Punyai.
Aktivist Mendekati Boat Penebang Kayu Bakau- Sei langkai
Kami para ativist mempunyai rancang bangun serta pendanaan yang cukup kuat, pada dasarnya aktivist yang bergabung dalam Selat Bulang Monitoring (gabungan Cisha, Lakri dan Lsm Berseri )mempunyai pondasi kecukupan keuangan pribadi yang mumpuni, untuk sekelas aktivist.
Seperti diri penulis, selain mempunyai basic salary level manager yang ada di Batam, mampu membiayai kehidupan pribadi dan dana taktis kegiatan bersama rekan-rekan, tetapi ada sebuah keistimewaan yang kami dapatkan dimana para pimpinan usaha memberikan kelonggaran kepada penulis untuk melakukan management produksi diluar kantor, dengan telephone, email serta temporary meeting dengan pekerja lapangan, dan tidak ada yang menggantikan posisi saya di seksion yang ditangani kecuali foreman yang saya didik sebelumnya.
Kenapa bisa demikian karena bos saya juga cinta lingkungan, malahan dia sering menceritakan kegiatan aktivist seperti kami dengan client-client, dia bukan hanya menyatakan sekedar jargon-jargon bahwa perusahaannya cinta lingkungan, tetapi dia telah mendobrak stigma miring tentang aktivist dengan dukungan melebihi batasan yang ada yaitu jam dan hari kerja yang sangat flexible.
Program program yang jelas, menghasilkan simpatik para management perusahaan lapis atas, bila simpatik terbentuk maka kegiatan skala besar dapat kita jalankan salah satunya " Tanam 100 ribu mangrove 2014-2015"(Red 001)

Senin, 07 April 2014

Generasi Lingkungan

Pembelajaran Lingkungan Sejak Dini

Batam 7 April 2014. Belasan tahun sebagai aktivist lingkungan membuat kami tahu bahwa
pembelajaran kecintaan lingkungan sangat sulit diterapkan pada generasi yang sekarang. Walaupun tidak sepenuhnya benar tetapi bisa kita lihat, bahwa kepedulian masyarakat yang ada sekarang ini sangat rentan.
Bisa saja para penggiat dan peduli lingkungan yang berbasis ketokohan, birokrat, pengusaha maupun civitas akademi, dapat berbalik arah menjadi para pencabul lingkungan.
Analisa yang kami dapatkan bukanlah sebuah yang mutlak tetapi mari kita sama-sama analisa, saat kami melakukan advokasi lingkungan terhadap pengrusakan hutan bakau yang ada di Tg Gundap Batam pada tahun 2008, saat itu kami mempresentasikan kepada beberapa tokoh dan pejabat tentang kerugian bila mangrove terus ditimbus atau diambil bauksitnya, ternyata mereka mengerti dan bersama-sama menghentikan kegiatan itu.
Namun  sekarang  ditahun 2014 ratusan lahan mangrove dan hutan pesisir telah sirna dikawasan Tg
Gundap karena para penggiat dan peduli lingkungan telah melebur menikmati asupan dari pengusaha yang menambang Bauksit secar ilegal dikawasan itu.
Begitu juga pada tahun 2009 kami melakukan advokasi penghentian kegiatan dapur arang
Tetapi sekarang ini kembali kami melihat dilapangan khususnya dikawasan Dapur 12 Batam terdapat 30 titik dapur arang yang secara sistimatis menghabisi hutan mangrove dikawasan Batam. Ada indikasi bahwa para toke dapur arang melakukan aksi menyuap kepada orang-orang tertentu yang dianggapnya bisa menggangu usaha dapur arang mereka.
diseluruh pesisir dan pulau-pulau yang ada di Batam, membuat Mabes Polri turun tangan dengan menangkapi para cukong sebagai pemodal, sehingga usaha dapur arang shutdown.
Kami sebagai aktivist membuat sebuah gerakan dari bawah dimana lapisan akan rumput yang dijadikan penggiat dan peduli lingkungan, dengan mendidik mereka secara tidak langsung agar berperan serta dibidang lingkungan khusunya kami mencoba dibidang pembibitan bakau.
Anak-anak usia dini untuk wilayah hinterland kami meminta mereka agar mengumpulkan Bungkat Bakau yang banyak hanyut saat mereka mandi-mandi ditepi pantai, lalu menancapkannya dalam Polibeg yang kami sediakan, sedangkan anak-anak para aktivist yang kebanyakan tinggal dikota, kami ajak turun langsung kelapangan setiap minggu sebagai sarana rekreasi membantu kegiatan pembibitan sambil bermain lumpur dengan anak pulau.
Harapan bila mereka besar jiwa kepedulian karena sudah pernah berbuat tanpa pernah tau trik penjahat lingkungan membuat mereka loyal terhadap ekosistim.

Minggu, 06 April 2014

Pembibitan Bakau

BAKAU KAMI MAKIN TINGGI

Pulau Labu 28 Maret 2014. Tidak terasa Puluhan ribu Bibit Bakau yang diberi nama Bungkat telah tumbuh
Rasa terbayar sudah jerih payah, membentuk cikal bakal pembibitan Mangrove di Pulau Labu. Bukan sedikit dana yang kami gelontorkan bagi kelompok aktivis yang rata-rata kantongnya agak tipis, bukan sedikit waktu para aktivist tersita membidani lahirnya Nurshery Mangrove di Batam.
menjadi anakan bakau yang siap tanam. Sebagai aktivis yang meletakkan dasar-dasar pembibitan mangrove secara konsisten di Pulau labu Batam, sudah tentu hati kami telah menjadi girang.

Namun hal yang paling sulit kami rasakan saat  ribuan anakan mangrove hilang tersapu arus deras dan gelombang pasang pada Bulan Desember 2013, hal ini luput dari perhitungan kami, sehingga tidak sempat melakukan antisipasi.


Melihat dan merasakan kondisi saat itu,  kami bukannya patah semangat dan menjadi  lembek, jangankan hilang ribuan mangrove, masuk penjara saja pernah kami rasakan sebagai seorang aktifist bukan maling, atau cabul. Mental, asa dan urat takut akan kehilangan rasanya sudah jauh dari badan kami.
Bantuan Ketua LSM Berseri saudara Undana  berupa puluhan kilogram polibeg, yang jumlahnya mencapai
belasan ribu kantong, menjadikan pembibitan Mangrove Pulau Labu hidup kembali, pasca terseretnya ribuan anakan bakau. Penggantian ribuan bibit yang hilang dapat dipulihkan dalam waktu tiga bulan. memang bukan waktu yang singkat, tapi kami mampu recovery bukan hanya sekedar masturbasi meng-angankan kegiatan pemulihan lingkungan tetapi diam ditempat.

Konsistensi serta kemauan yang kuat membuahkan hasil yang padan, anakan bakau semangkin tinggi mencapai 1 meteran sehat dan berdaun lebat, hingga sudah mulai dilangsir penanamanya, untuk program penanaman 100 ribu mangrove . (Red 001)

Tanam 100 ribu mangrove

KAMI JAGA TITIPAN BAKAU GENERASI YANG AKAN DATANG.

Pulau Labu, 6/4/2014. Penanaman 3,850 mangrove berjenis Blokap masih dalam suku
Rhizophoraceae,  dari 100 ribu Bakau yang kami canangkan di Busung Sei Langkai Dangsi.

Adalah sebuah tantangan tersendiri menanam bakau di busung sei Langkai, hingga harus mempunya trik khusus,  kami mempunyai mempunyai teknik tersendiri saat melihat para aktivist sangat sulit berjalan diatas lumpur tebal.

Awang Congkang Direktur Operasi Penanaman 100 ribu Mangrove menyiapkan alat berupa kotak gabus, biasanya digunakan sebagai tempat pengiriman ikan beku. Kotak diisi bibit Bakau lalu para aktivist dan nelayan menumpukan kedua lengan ke kotak lalu memindahkan sebagin beban tubuhnya ke gabus tersebut, baru didorong. Ternyata ini sangat memudahkan pekerjaan. Bila tidak menggunakan kotak gabus, maka para penanam akan terbenam hingga sulit keluar bila tidak dibantu.

Sebuah kehormatan untuk bisa  menanam bakau di masa sekarang ini, karena sebagai aktivist lingkungan kami tidak mau disalahkan anak cucu kami atau generasi yang akan datang, yang menyatakan " Mana Bakau Yang Kami Titipkanan". Red 001

Tanam 100 Ribu Bakau

Seratus Ribu Bakau Mulai Kami Tanam

Pulau Dangsi, Batam. 6 April 2014. Rehabilitasi mangrove
di wilalayah Batam mulai
dilaksanakan oleh Aktivist lingkungan yang tergabung dalam Selat Bulang Monitoring.Kegiatan
penanaman 100 ribu mangrove yang dicanangkan oleh Direktur Eksekutif Cisha Indonesia Rizaldy
Ananda pada saat kegiatan peresmian Boat pemantau lingkungan "Dugong" pada bulan April 2013.


  Kami telah mempersiapkan secara matang, mulai dari pemilihan bibit, pembibitan, penanaman hingga pengawasan. Awang Congkang menyatakan bahwa Nurshery telah menghasilkan anakan bakau sebanyak 25 ribu anakan bakau siap tanam, dan ini kita terus melakukan pembibitan hingga target100 ribu mangrove dapat kita tanami tanpa membuat kebohongan.

    Hari ini kami sudah melakukan penanaman 3,850 mangrove yang terdiri dari anakan serta bungkat (bibit Mangrove), kami memilih jenis Belokap masih dalam suku  Rhizophoraceae mangrove yaitu jenis Bakau yang ditanam paling terdepan mendekati bibir pantai.

    Lokasi penanaman yaitu Busung Sei Langkai  yang merupakan busung lumpur sedalam pinggang
orang dewasa ,selanjutnya awang mengatakan era tahun 80' merupakan busung Bakau primer dimana habitat udang, kerang-kerangan, kepiting serta ikan-ikan kecil dan sedang hidup dan berkembang biak.

Area seluas  11 ha bukan lah sebuah medan yang gampang ditanami, selain lumpur yang dalam, hingga menyulitkan penanam melakukan penanaman, sisi lain adalah adalah airnya sangat gatal dan berbau. ini semuanya diakibatkan oleh air limbah rumah tangga sebanyak 125 KK bermuara pada Sungai Langkai dimana lokasi Busung langkai hanya berjarak 1 Km dari muara tersebut, tetapi akan kami kembalikan kebentuk asal agar para nelayan disini dapat menikmati hasilnya dikemudian hari.

    Direktur Operasi Tanam Bakau 100 ribu, Awang Congkang meyakinkan kepada para donatur kegiatan, bahwa kegiatan tanam 100 ribu mangrove tahun 2014-2015 dapat tuntas dilaksanakan pada Juni 2015 sempena Hari Lingkungan Hidup sedunia.(Red 001)



Jumat, 04 April 2014

Andai Aku Walikota

Berantas Tambang Pasir Ilegal

"Tinggal mau Apa tidak"
Penambangan pasir Ilegal Batam 2014

Batam April 2014, Sebagai aktivist yang intens mendalami masalah penggalian pasir ilegal di Batam, kami mempunyai data yang cukup valid tentang titik-titik penggalian pasir darat di Pulau Batam.

Data-data yang lengkap meliputi koordinat yang diambil dengan gps, lalu disikronkan dengan peta wilayah Batam. Kami juga punya nama-nama koordinator pemai pasir, meliputi penanggung jawab pemodal, penyedia alat berat, transportir sampai kemana pasir ilegal dipasarkan.
Ternyata tambang pasir ilegal sudah sangat komplex, satu sisi penggunaan pasir sangat tinggi meliputi 2 ribu m3 per hari, sisi lainya bumi Batam menjadi carut marut, akibat penambangan yang tidak berwawasan lingkungan.
Pemerintah daerah tidak harus kaku menghabisi para penambang pasir tetapi tidak punya solusi dalam mensuply permintaan pasar. Apalagi mengharapkan pasokan kebutuhan pasir didatangkan dari Luar Pulau Batam yaitu Bintan, yang cenderung dikuasai kartel, karena pemain masih sedikit.
Andaikan aku Walikota, maka aku akan berantas penambangan pasir liar yang ada di pulau Batam, dengan  membentuk tim terpadu dibagi dalam dua sisitim. Pertama tim secara rutin merazia seluruh lokasi penambangan yang ada dan dilaksanakan setiap hari selama 10 hari kerja.
Teknis yang dilakukan Pertama adalah mengangkuti seluruh alat berat, instalasi serta pompa sedot pasir untuk dibawa ke gudang penyimpanan Pemko, dengan diangkutnya semua peralatan mereka tentunya kegiatan akan terhenti shutdown dalam waktu yang cukup panjang, bila mereka masih bandel, lakukan razia kembali otomatis permodalan mereka akan kandas, apalagi para pemilk alat berat akan lebih selektif menyewakan alat berat. Kedua menyiapkan tim terpadu terdiri dari satpol, PPNS Bapedal menjaga titik-titik persimpangan. Bertugas memeriksa dan menahan truk pengangkut pasir ilegal. Ketiga memberikan izin bagi perusahaan dengan untuk melakukan penambangan pasir darat di lokasi yang telah ditentukan dengan syarat-syarat yang ketat, salah satunya rehabilitasi lingkungan secara priodik sesuai tahpan yang dibicarakan bersama.
Ketiga teknik ini harusnya dilakukan secara bersamaan atau dengan jeda waktu yang singkat pada tahapan ketiga. Hal ini untuk menjaga asupan kebutuhan pembangunan berupa pasir tetap terjaga.(Red 001)




Kamis, 03 April 2014

Bakau Tanpa Perlindungan

BakauPrimer dalam proses Penghancuran-Tiban-batam 2014
KITA TERLIBAT PENGHANCURAN HUTAN BAKAU DIBATAM

Legalisasi terhadap perusakan Bakau yang ada di Batam terus menerus terjadi dan menyisakan sebahagian kecil yang tersisa.

Kelurahan Tiban Indah memiliki luas wilayah ± 10 Km² terus bertambah luasnya karena adanya penambahan pemukiman yang ditimbun dilahan Mangrove.
dalam kurun 5 tahun ± 500 ha lahan mangrove musnah ditimbus oleh para pengusaha properti,
Ketidak Berdayaan Bakau Oleh Pencabul Manusia

Pelaku perusakan terhadap mangrove didukung para birokrat khususnya Badan Pengelolaan Kawasan Batam, BP Kawasan Batam mengalokasikan lahan mangrove untuk ditimbun para pengembang tanpa memperdulikan keseimbangan ekosistem.

Demi sebuah pembangunan yang diperuntukan oleh manusia, secara sadar kita terlibat memainkan skenario penghancuran hutan Mangrove, dengan membeli properti yang dibangun diatas hutan Mangrove secara sadar kita telah mendukung penghancuran lingkungan.

Bumi ini merupakan titipan anak cucu kita, menciptakan undang-undang yang mengatur mengenai hutan mangrove antara lain UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang, UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. bukan serta merta kita telah berpartisipasi menjaga lingkungan tetapi itu hanya sebuah prasasti alibi melindungi harga diri kita pada generasi yang akan datang. (red-001)