Rumah Mangrove
Pusat kegiatan aktivis tanam 100 ribu mangrove
Pulau Labu, Batam 28 April 2014, Menindak lanjuti kerangka kerja Tanam 100 ribu mangrove tahun 2014-2015, yang di gawangi Lembaga Kajian Alam lingkungan Kepri saudara Ery Setiawan, tentang perlunya melakukan pembangunan lanjutan Rumah singgah untuk para Aktivist, sekaligus sebagi pusat pembibitan Mangrove untuk wilayah Batam, dalam kerangka penanaman 100 ribu mangrove di Busung Tg Perepat dan sei Langkai.
Rumah yang dibangun berjarak 50 meter dari tepi bibir laut, dengan tipe panggung ukuran 5X7 meter. Disekeliling rumah yang merupakan halaman pasang surut, dimana saat surut akan kering dan pasang akan tenggelam, kami dedikasikan untuk melakukan pembibitan mangrove sebanyak 25 ribu bibt yang kami semai dalam polibeg.
Lingkungan sekitar berupa 12 ha hutan bakau tetap kami pertahankan agar bakau-bakau yang ada tetap terjaga. Masyarakat juga akan segan bila bakau mereka tebang karena kami dapat memantaunya.
Akses menuju rumah dapat dilakukan dari darat pulau labu menyusuri jalan setapak atau langsung merapatkan boat diujung jetty yang pembangunan menunggu bahan baku tambahan berupa papan untuk lantai jembatan.
Akses menuju rumah dapat dilakukan dari darat pulau labu menyusuri jalan setapak atau langsung merapatkan boat diujung jetty yang pembangunan menunggu bahan baku tambahan berupa papan untuk lantai jembatan.
Jetty dibangun menggunakan tongkat kayu seukuran paha orang dewasa sebanyak 60 batang, tonkat kayu ini kemudian ditancapkan ke dasar pantai, hingga membentuk seperti jembatan. Bila Jetty atau pelantar ini telah siap dibangun, maka ujung pelantar yang tepat berdiri ditepi bibir laut mempunyai dua fungsi, pertama sebagai tempat naik turun para aktifist yang mengakses langsung rumah bakau tanpa perlu menggunakan dermaga umum masyarakat pulau labu.
Kedua sebagai sarana relaxasi bagi para aktivist dan sosialisasi kepada masyarakat sekitaran, karena diujung pelantar merupakan tempat yang cocok untuk bersantai sambil memancing ikan, menghirup udara laut, serta menyeruput kopi panas disore hari.
Tiang Pancang Jetty/pelantar |
Pembangunan dilakukan beberapa orang relawan yang kami rekrut berasal dari penduduk pulau Labu. Awang Congkang diserahi tugas tanggung jawab sebagai pelaksana kegiatan, mengambil langkah-langkah yang cepat, memesan bahan pembangunan, tongkat kayu pelantar, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Rumah singgah dan pusat pembibitan mangrove di Pulau labu.
Kedepannya rumah ini akan mejadi pusat kegiatan penanaman bakau yang akan dilakukan oleh Selat Bulang Monitoring untuk wilayah pulau Batam, untuk itu kami tidak menyiapkan bangunan fisiknya saja, tetapi kelengkapan pendukung juga kami perhatikan, berupa air bersih dan sumber daya Listrik. untuk listrik kami telah menyiapkan panel sinar surya serta equipment pendukung untuk konsumsi 4 (empat) amper untuk 24 jam pemakaian.
Panel surya yang akan dipasang sebenarnya hanya untuk pemakaian 1 (satu) amper dan dapat digunakan selama 8 jam, tetapi dengan keahlian Angles Tamba (Boy) salah seorang aktivist Lakri yang bekerja sebagai Foreman disalah satu galangan kapal, dia mempersiapkan rangkaian-rangkaian sederhana hingg panel ini mampu melakukang pengisian arus listrik ke bateray 100 ampere sebanyak 8 (delapan) unit.
Mengapa kami perlu listrik yang besar, karena ini digunakan untuk menghidupkan pompa sirkulasi yang akan kami pasang dalam bak air asin tempat pembudidayaan kepiting bakau yang selama ini terbengkalai.
Mengapa kami perlu listrik yang besar, karena ini digunakan untuk menghidupkan pompa sirkulasi yang akan kami pasang dalam bak air asin tempat pembudidayaan kepiting bakau yang selama ini terbengkalai.
Pembibitan Kepiting Bakau Sejalan Dengan Rumah Bakau
Pembibitan kepiting bakau juga merupakan prioritas dari rumah bakau yang kami dirikan, hal ini telah dirintis 4 (empat) tahun yang lalu, tetapi mandek karena aktivist yang menggawangi proyek ini masuk penjara. Masuk penjara karena dituduh sebagai provokator karena sebagian nelayan Batam mengamuk kekantor salah satu induk organisasi nelayan, lalu mereka membakar dan kantor tersebut. (lihat http://cishaindonesia.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar